Wednesday, March 30, 2011

BAGAIMANA AMALAN DIPROSES DAN AMATI2....IKHLAS ATAU TIDAK

Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang Hamba
Posted by: anugerah
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"

Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:

Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!

Labbaik, wahai penghulu para rasul....!

Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!

Wahai Mu'adz...Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.

Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya.

Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!"

Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."

Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit
pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.
Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan
si hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!'

Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini
berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'

Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.

Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!

Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!

Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"

Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".

Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"

Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........

Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??"

"Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!"

Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.

Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.

Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...

Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...


Tazkirah

IKHLAS



Ikhlas ialah meniatkan apa yang dibuat atau yang ditinggalkan hanya
semata mata kerana Allah Taala.Ertinya apa sahaja perintah Allah
Taala samaada yang fardhu ataupun sunat mestilah diniatkan semata
mata kerana Allah Taala.Dan apa sahaja yang ditinggalkan samaada
haram ataupun makruh juga mestilah diniatkan semata mata kerana Allah
Taala.Sekiranya amalan itu tidak diniatkan kerana Allah Taala ,amalan
itu dikira tidak ikhlas.Sesuatu amalan yang tidak ikhlas adalah
tertolak,tidak diberikan pahala dan sia sia.

Rasullullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Adakalanya para
Malaikat membawa amal seorang hamba dan mereka anggap banyak dan
mereka menyanjungnya sehingga sampai kehadrat Allah, maka Allah
berfirman kepada mereka: Kamu hanya mencatat amal hambaku, sedang Aku
mengawasi isi dan niat hatinya, hambaku tidak ikhlas kepadaKu dan
amalnya, maka catatlah dalam sijjin, dan ada kalanya membawa naik
amal hamba lalu mereka menganggap sedikit dan kecil sehingga sampai
kehadapan Allah, maka Allah berfirman kepada para Malaikat: Kamu
mencatat amal perbuatan hambaKu dan Aku mengawasi isi hati dan
niatnya, orang ini benar-benar ikhlas dalam amal perbuatannya
kepadaKu, catatlah amalnya itu dalam illiyin."

Dengan ini nyatalah bahawa amal yang sedikit dengan ikhlas lebih
baik daripada yang banyak jika tidak ikhlas, sebab amal yang diterima
oleh Allah s.w.t. dilipat gandakan pahalanya. Adapun yang tidak
ikhlas maka tidak ada pahalanya, bahkan tempatnya dalam neraka
jahannam.

Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu
Hurairah .a. berkata, dari Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang
bermaksud: "Allah s.w.t. telah berfirman: '
Akulah yang terkaya dari semua sekutu. Aku tidak berhajat kepada
amal yang dipersekutukan yang lain-lain, maka siapa beramal lalu
mempersekutukan kepada lain-lainKu, maka Aku lepas bebas dari amal
itu."

Dari ayat keterangan ini nyatalah bahawa yang beramal kerana
Allah s.w.t. maka akan diterima sedang yang beramal tidak kerana
Allah s.w.t. tidak akan diterima dan hanya lelah dan susah semata-
mata, sebagaimana dinyatakan dalam hadis: Abu Hurairah .a berkata
bahawa Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: Maksudnya: Adakalanya
orang puasa dan tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar
dan haus, dan ada kalanya orang bangun malam dan tidak mendapat apa-
apa dari bangunnya kecuali tidak tidur semata-mata, yakni tidak
mendapat pahala dari amalnya.
Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda yang bermaksud: "Yang sangat saya
kuatirkan atas kamu ialah syirik yang terkecil." Sahabat
bertanya: "Ya Rasullullah, apakah syirik yang kecil itu?" Nabi
Muhammad s.a.w. menjawab: "Riyaa. Pada hari pembalasan kelak Allah
s.w.t. berkata kepada mereka : "Pergilah kamu kepada orang-orang yang
dahulu kamu beramal kerana mereka didunia, lihatlah disana kalau-
kalau kamu mendapatkan kebaikan dari mereka."
Riyaa ialah beramal untuk dilihat orang, dipuji
dilihat orang, Abul Laits berkata: "Dikatakan pada mereka sedemikian
itu kerana amal perbuatan mereka ketika didunia secara tipuan, maka
dibalas demikian."
Allah s.w.t. membalas cara tipuan mereka itu dan
membatalkan semua amal perbuatan mereka itu, kerana dahulu tidak
beramal untukKu maka pembalasan amalmu itu tidak ada padaKu, sebab
tiap amal yang tidak ikhlas kepada Allah s.w.t., maka tidak sampai
kepadaNya, kerana itu tiap amal yang dikerjakan tidak kerana Allah
s.w.t. dan kerana lainnya, maka Allah s.w.t. lepas tangan daripadanya.


Seorang ahli hikmah berkata: "Contoh orang yang
beramal dengan riyaa' itu bagaikan orang yang keluar kepasar dan
mengisi poketnya dengan batu, sehinggakan orang melihat poketnya
semua berasa kagum dan berkata: "Alangkah penuhnya poket wang orang
itu.", tetapi sebenarnya dia sama sekali tidak berguna sebab tidak
dapat dibeli apa-apa tetapi hanya sekadar mendapat pujian orang
sahaja. Demikianlah pula orang yang beramal dengan riyaa' tidak ada
pahalanya diakirat kelak."
Sebagaimana firman Allah s.w.t.: yang
bermaksud: "Dan Kami periksa semua amal perbuatan mereka, lalu Kami
jadikan debu yang berhamburan."

Waki' meriwayatkan dari Sufyan Atstsauri dari orang yang mendengar
Mujahid berkata: "Seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan
berkata: Ya Rasullullah, saya bersedekah mengharapkan keridhaan Allah
s.w.t. dan ingin juga disebut dengan baik." Maka turunlah ayat 111
surah al-Kahfi: . yang bermaksud: "Maka siapa yang benar-benar
mengharap akan bertemu dengan Tuhannya, maka hendaklah berbuat amal
yang baik, dan jangan mempersekutukan Allah dalam semua ibadatnya
dengan sesiapa."
Abu Hurairah berkata: Nabi Muhammad s.a.w
bersabda yang bermaksud: "Akan keluar pada akhir zaman suatu kaum
(golongan) yang mencari dunia dengan menjual agama, memakai pakaian
bulu domba, lidah mereka lebih manis dari madu sedang hati mereka
bagaikan serigala. Allah akan berfirman kepada mereka: Apakah
terhadapKu mereka bermain-main dan melawan, dengan kebesaran-Ku. Aku
bersumpah akan menurunkan kepada mereka futnah ujian bala sehingga
seorang yang berakal tenang akan bingung."
Waki' meriwayatkan dari Sufyan dari Habib dari
Abi Salih berkata: Seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan
berkata: "Ya, Rasullullah, saya berbuat suatu amal yang saya
sembunyikan kemudian diketahui orang, maka saya merasa senang, apakah
masih mendapat pahala? Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: "Ya. bagimu pahala
rahasia dan terang."
Abul-Laits berkata: "Diketahui orang sehingga
ditiru, maka ia mendapat pahala kerana beramal dan mendapat pahala
kerana ditiru orang." Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. yang
bermaksud: "Siapa yang memberi contoh kebaikan, maka ia mendapat
pahala dan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya hingga hari
qiamat, dan siapa yang memberi contoh kejahatan maka ia mendapat dosa
dan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya hingga hari qiamat."
Abu-Laits berkata: Saya telah diceritakan oleh
beberapa ulama dengan sanad mereka yang langsung dari Uqbah bin
Muslim dari Samir Al-ash-bahi berkata: "Bahawa ia ketika masuk kekota
Madinah melihat seorang yang dikerumuni oleh orang ramai, lalu saya
bertanya: "Siapakah orang itu?" Jawab orang-orang: "Itu Abu Hurairah
.a.". Maka saya mendekati kepadanyadan ketika tiada lagi orang ramai
disitu, saya pun bertanya kepadanya: "Saya tuntut engkau demi Allah,
ceritakan kepadaku satu hadis yang telah kau dengar dan kau ingat
langsung daripada Rasullullah s.a.w." Abu Hurairah .a.
berkata: "Duduklah, akan saya ceritakan kepadamu hadis yang saya
sendiri mendengar dari Rasullullah s.a.w. yang waktu itu tiada orang
lain bersama kami." Kemudian Abu Hurairah .a. pun menarik nafas yang
berat lalu pingsan, kemudian setelah sedar dari pingsan itu dia pun
mengusapkan mukanya sambil berkata: "Akan aku ceritakan hadis
Rasullullah s.a.w. .", kemudian dia menarik safas yang berat lagi dan
pingsan semula. Agak lama kemudian dia sedar dan mengusapkan mukanya
lalu berkata : Rasullullah s.a.w. telah bersabda: "Apabila hari
kiamat kelak maka Allah s.w.t. akan menghukum diantara semua makhluk
dan semua ummat bertekuk lutut, dan pertama yang dipanggil ialah
orang yang mengerti al-Quran, dan orang yang mati fisabilillah, dan
orang kaya. Maka Allah s.w.t. menanyakan kepada orang yang pandai al-
Quran: Tidakkah Aku telah mengajar kepadamu apa yang Aku turunkan
kepada utusanKu? Jawab orang itu: Benar, ya Tuhanku. lalu kau berbuat
apa terhadap apa yang telah engkau ketahui itu? Jawabnya: Saya telah
mempelajarinya diwaktu malam dan mengerjakannya diwaktu siang. Firman
Allah s.w.t. : Dusta kau. Lalu malaikat juga berkata: Dusta kau,
sebaliknya kau hanya ingin disebut qari, ahli dalam al-Quran, dan
sudah disebut yang demikian itu. Lalu dipanggil orang kaya dan
ditanya: Engkau berbuat apa terhadap harta yang Aku berikan kepada
kamu? Jawabnya: Saya telah menggunakan untuk membantu kaum keluarga
dan bersedekah. Dijawab Allah s.w.t. :Dusta kau. Para malaikat pun
berkata: Dusta kau, kau berbuat begitu hanya kerana ingin disebut
sebagai seorang dermawan, dan sudah terkenal sedemikian. Lalu
dihadapkan orang yang mati berhijad fisabilillah lalu ditanya: Kenapa
kau terbunuh? Jawabnya: Saya telah berperang untuk menegakkan agamaMu
sehingga terbunuh. Allah s.w.t. berfirman: Dusta engkau. Dan malaikat
juga berkata: Dusta engkau, kau hanya ingin disebut sebagai seorang
pahlawan yang gagah berani dan sudah disebut sedemikian.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. memukul lututku
(pahaku) sambil bersabda yang bermaksud: "Hai Abu Hurairah, ketiga
orang itulah yang pertama-tama yang dibakar dalam api neraka pada
hari kiamat." Kemudian berita itu sampai kepada Mu'awiyah maka ia
menangis dan berkata: "Benar Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w.".
Kemudian ia membaca ayat 15-16 surah Hud yang berbunyi: Yang
bermaksud: Siapa yang niat dengan amalnya hanya semata-mata keduniaan
dan keindahannya maka Kami akan memberi kepada mereka semua amalnya
dan mereka didunia tidak akan dikurangi (dirugikan).(15). Mereka
itulah yang tidak mendapat diakirat kecuali api neraka, dan gugur
semua amal mereka itu, bahkan palsu semua perbuatan mereka itu.(16).
Ady bin Hatim Aththa'i berkata Rasullullah s.a.w.
bersabda yang bermaksud: Pada hari kiamat beberapa orang yang
diperintahkan untuk membawa kesyurga dan setelah melihat segala
keindahannya serta merasakan bau harumnya maka diperintahkan untuk
dijauhkan daripadanya kerana mereka tidak ada bagian didalamnya, maka
kembali mereka dengan penjelasan yang tidak ada tara bandingnya,
sehingga mereka berkata: Ya Tuhan, andaikan Kau masukkan kami kedalam
neraka sebelum Kau perlihatkan kami pahala yang Kau sediakan bagi
para waliMu. Jawab Allah: Sengaja Aku berbuat itu kepada kamu, kamu
dahulu bila bersendirian berbuat dosa-dosa besar, dan bila dimuka
orang-orang berlagak alim sopan dan taat, kamu hanya riya',
memperlihatkan kebaikan kepada manusia, dan tidak takut kepadaKu,
kamu mengagungkan orang dan tidak mengagungkan Aku, maka kini Aku
merasakan kepada kamu kepedihan siksaKu, disamping Aku haramkan atas
kamu kebesaran pahalaKu.

Kesimpulan

Dalam satu hadis Qursi,Allah Taala ada berfirman

"Ikhlas adalah satu rahsia rahsiaKu.Aku titiskan ia dalam hati
hamba hambaKu yang Aku kehendaki."

Kerana itu rahsia Allah,tentulah kita tidak mungkin dapat tahu
siapakah yang ikhlas atau tidak.Malah diri sendiripun kadang kadang
susah untuk dipastikan apakah ikhlas atau sebaliknya. Walaupun ia
rahsia ,namun islam telah membuat garis panduan untuk kita mengukur
hati dan membentuknya supaya benar benar ikhlas.
Untuk mendapatkan hati yang ikhlas bukanlah sesuatu yang mudah.Tanpa
usaha yang sungguh sunguh serta istiqamah kita akan tewas ditangan
syaitan yang sentiasa berusaha untuk menjatuhkan kita.Ingatlah ketika
Allah Taala melaknatinya,syaitan merayu untuk menyesatkan semua anak
cucu Nabi Adam a.s lalu Allah membenarkan dengan bermaksud:

"Kecuali hamba hambaKu yang ikhlas"

Oleh itu syaitan akan menyesatkan semua manusia supaya derhaka kepada
Allah Taala.Semua orang akan mengikutnya kecuali mereka yang memiliki
hati yang ikhlas
Demikianlah ketentuan Allah Taala .Satu ketentuan yang pasti dan kita
akan menghadapinya suatu hari nanti.Hari dimana manusia tidak boleh
berdolak dalih lagi.Dihari itu orang yang tidak ikhlas akan menyesal
kerana amalanya tertolak sesungguhnya Allah lebih mengetahui darinya
melalui gerak hatinya sendiri.

Dari itu kita semua perlu berhati hati.Mujahadahlah melawan godaan
hawa nafsu dan syaitan serta betulkan niat ketika melakukan sesuatu
amalan . Pohon pimpinan Allah Taala selalu agar diberikan hati yang
ikhlas.

No comments:

Post a Comment