Tuesday, April 12, 2011

BILA LARANGAN TAK DIPENDULIKAN ....AGAMA ISLAM DIABAI...DAN TIDAK DIFAHAMI....MUSIBAHNYA TANGGUNG DIDUNIA DAN AKHIRAT

     Wanita Karir Kerja di Luar Rumah


Assalamu 'alaikum ust yang mulia..
Era globalisasi ini banyak kita temukan wanita karir. yang ingin saya tanyakan, bagaimana jika wanita karir ini sudah menikah? Bukankah wanita harus taat kepada suaminya, wanita tidak boleh keluar rumah tanpa izin dari suaminya dan juga keluar rumah apabila ada keperluan saja.. Bagaimana menanggapinya ya ustaz? Syukran.
Ahmad Muharria
muharria@yahoo.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya Islam tidak pernah mensyariatkan untuk mengurung wanita di dalam rumah. Tidak seperti yang banyak dipahami orang.
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW melarang orang yang melarang wanita mau datang ke masjid.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمْ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ (رواه أبو داود وابن خزيمة واللفظ لأبي داود)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kamu mencegah perempuan-perempuan untuk pergi ke Masjid, sedangkan rumah mereka itu lebih baik bagi mereka.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dan lafadz ini dari Abu Dawud).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَأْذَنَتْ امْرَأَةُ أَحَدِكُمْ فَلَا يَمْنَعْهَا (رواه البخاري)
Dari Abdullah Bin Umar dia berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Apabila salah seorang perempuan di antara kamu minta izin (untuk berjama’ah di masjid) maka janganlah mencegahnya”. (HR Al-Bukhari dan Muslim, lafadz ini dari Al-Bukhari).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ وَلَكِنْ لِيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلَاتٌ (رواه أبو داود)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kamu mencegah kaum wanita untuk pergi ke masjid, tetapi hendaklah mereka keluar tanpa wangi-wangian.” (HR Abu Dawud).
Padahal di masjid sudah bisa dipastikan banyak orang laki-laki. Dan perjalanan dari rumah ke masjid serta begitu juga kembalinya, pasti akan bertemu dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Bahkan masjid Nabawi di masa Rasulullah SAW tidak ada hijabnya. Tidak seperti masjid kita di zaman sekarang ini yang ada tabir penghalangnya. Di masa kenabian, posisi jamaah laki-laki dan jamaah wanita hanya dipisahkan tempatnya saja.
Shaf laki-laki di bagian depan dan shaf wanita di bagian belakang. Anak kecil yang laki di belakang shaf laki dan anak kecil perempuan berada di sfah terdepan dari shaf perempuan. Dan tidak ada kain, tembok, tanaman atau penghalang apapun di antara barisan laki dan perempuan.
Jadi kalau dikatakan bahwa wanita itu haram keluar rumah, harus lebih banyak dikurung di dalamnya, rasanya tidak sesuai dengan apa yang terjadi di masa Rasulullah SAW dan salafus-shalih. Boleh dibilang mengurung wanita di dalam rumah adalah sebuah perkara bid'ah yang sesat.
Isteri Rasulullah SAW: Khadidjah radhiyallahu anha
Rasulullah SAW punya seorang isteri yang tidak hanya berdiam diri serta bersembunyi di dalam kamarnya. Sebaliknya, dia adalah seorang wanita yang aktif dalam dunia bisnis. Bahkan sebelum beliau menikahinya, beliau pernah menjalin kerjasama bisnis ke negeri Syam. Setelah menikahinya, tidak berarti isterinya itu berhenti dari aktifitasnya.
Bahkan harta hasil jerih payah bisnis Khadijah ra itu amat banyak menunjang dakwah di masa awal. Di masa itu, belum ada sumber-sumber dana penunjang dakwah yang bisa diandalkan. Satu-satunya adalah dari kocek seorang donatur setia yaitu isterinya yang pebisnis kondang.
Tentu tidak bisa dibayangkan kalau sebagai pebisnis, sosok Khadijah adalah tipe wanita rumahan yang tidak tahu dunia luar. Sebab bila demikian,
bagaimana dia bisa menjalankan bisnisnya itu dengan baik, sementara dia tidak punya akses informasi sedikit pun di balik tembok rumahnya.
Di sini kita bisa paham bahwa seorang isteri nabi sekalipun punya kesempatan untuk keluar rumah mengurus bisnisnya. Bahkan meski telah memiliki anak sekalipun, sebab sejarah mencatat bahwa Khadijah ra. dikaruniai beberapa orang anak dari Rasulullah SAW.
Isteri Rasulullah SAW: 'Aisyah radhiyallahu anha
Sepeninggal Khadijah, Rasulullah beristrikan Aisyah radhiyallahu anha, seorang wanita cerdas, muda dan cantik yang kiprahnya di tengah masyarakat tidak diragukan lagi. Posisinya sebagai seorang isteri tidak menghalanginya dari aktif di tengah masyarakat.
Semasa Rasulullah masih hidup, beliau sering kali ikut keluar Madinah ikut berbagai operasi peperangan. Dan sepeninggal Rasulullah SAW, Aisyah adalah guru dari para shahabat yang memapu memberikan penjelasan dan keterangan tentang ajaran Islam.
Bahkan Aisyah ra. pun tidak mau ketinggalan untuk ikut dalam peperangan. Sehingga perang itu disebut dengan perang unta (jamal), karena saat itu Aisyah radhiyallahu anha naik seekor unta.
Banyak Pekerjaan Yang Hanya Bisa Ditangani Wanita
Keluar rumahnya seorang wanita untuk bekerja pada hakikatnya memang dibenarkan dalam syariat Islam. Tapi memang tidak semua bentuk pekerjaan boleh dilakukan oleh para wanita. Hukumnya haram kalau wanita yang melakukannya.
Sebaliknya, realitas syariah menetapkan ada juga begitu banyak pekerjaan yang justru haram dilakukan oleh laki-laki. Harus dikerjakan oleh para wanita.
Maka kalau sampai para wanita dilarang mengerjakan pekerjaan yang memang menjadi tugasnya secara syar'i, jelaslah kita telah menjerumuskan umat Islam ke dalam lembah yang diharamkan Allah SWT.
Misalnya tugas membantu para wanita bersalin. Harusnya bukan dokter atau bidan laki-laki. Hukumnya justru haram kalau dokternya laki-laki. Dan sebaliknya, hukumnya fardhu bagi wanita untuk membantu proses persalinan.
Maka sekian juta wanita muslimah wajib keluar rumah untuk menjadi dokter dan para medis di klinik, rumah sakit, lab, dan sejenisnya. Karena ada sekian ratus juta penduduk dengan jenis kelamin wanita. Mereka butuh pelayanan kesehatan yang terkait dengan fisik. Maka hanya para wanita saja yang boleh melayani mereka.
Lebih besar dari itu, Islam mewajibkan para wanita belajar dan bersekolah, bukan hanya sampai tingkat pendidikan wajib 9 tahun, tapi juga sampai posisi yang tertinggi.
Dan untuk itu wajib ada guru yang berjenis kelamin wanita. Karena idealnya, harus ada sekolah khusus untuk para wanita. Dan oleh karena itu dibutuhkan jutaan guru yang berjenis kelamin wanita. Mereka wajib keluar rumah untuk mengajar. Dan para murid yang wanita, juga wajib keluar rumah untuk belajar.
Kalau dikatakan wanita tidak boleh keluar rumah, maka hukumnya bertentangan dengan realitas hukum fiqih yang ada.
Para Pengurung Wanita
Di dunia Islam memang ada sedikit kalangan yang punya kecenderungan ingin mengurung para wanita di dalam rumah. Alasannya karena para wanita sumber fitnah.
Alasan ini ada benarnya, namun pada batas tertentu sebenarnya sudah keterlaluan juga. Benar bahwa begitu banyak fitnah yang terjadi karena para wanita keluar rumah. Tidak ada yang menyangkal kebenaran hal itu. Dan kita pun cukup prihatin dengan berbagai kasus perzianaan yang begitu marak karena kita membiarkan para wanita keluar rumah.
Namun di sisi yang lain, tentu bukan pada tempatnya untuk begitu saja mengurung para wanita di dalam rumah. Sebab wanita bukan binatang peliharaan yang kerjanya hanya sekedar memuaskan nafsu seksual suami. Di sisi lain, wanita juga manusia, yang butuh berinteraksi dengan sesama jenisnya, juga dengan lingkungannya, termasuk dengan alam semesta.
Polemik Keshahihan Hadits: Wanita Adalah Aurat
Ada juga yang melarang wanita dengan menggunakan dalil merupakan hadits Nabi SAW.
عن عبد الله بن عمر: إن المرأة عورة, فإذا خرجت استشرفها الشيطان, وأقرب ما تكون من وجه ربها وهي في قعر بيتها. رواه الترمذي
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar marfu`an bahwa, "Wanita itu adalah aurat, bila dia keluar rumah, maka syetan menaikinya." (HR Tirmizy)

Dari segi matan, hadits ini memang cukup jelas menyebutkan tentang keluarnya wanita akan menjadikan para syetan beristisyraf. Sehingga secara sekilas di dalam kesan bahwa ketika seorang wanita keluar rumah, maka syetan akan menaikinya dan akan menjadi sumber masalah baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Karena itu banyak ulama yang ingin mengurung wanita di dalam rumah yang menjadikan hadits ini sebagai hadits 'gacoan'. Ke mana-mana yang disebut-sebut adalah hadits ini.
Tapi apakah benar hadits ini 100% shahih tanpa kritik?
Memang kalau Nashiruddin Al-Albani jelas menshahihkan hadits ini. Lihat kitab beliau Silsilah Ahadits Shahihah nomor 2688. Juga terdapat dalam Shahih At-Targhib 246, Shahih Tirmizy 936, Shahih Al-Jami' 6690, Shahih Ibnu Khuzaemah 1685.
Sebab isi hadits ini sejalan dengan pendapatnya yang ingin mengurung para wanita di dalam rumah.
Namun di sisi lain, tidak sedikit dari para ulama hadits banyak yang mempersoalkan kedudukan hadits ini. Alasannya ada beberapa hal, antara lain:
1. Sesungguhnya isnad hadits ini tidak tersambung kepada Rasululah SAW, isnadnya munqathi' (terputus). Karena Hubaib bin Abi Tsabit, salah seorang di antara mata rantai perawinya dikenal sebagai mudallis. Dia tidak mendengar langsung dari Ibnu Umar.
2. Dikatakan hadits ini shahih terdapat dalam Al-Ausath-nya At-Tabrani. Padahal Mu'jam At-Thabrani Al-Awsath bukan kitab sunan. At-Thabarani sendiri tidak meniatkannya sebagai kitab shahih. Beliau justru hanya sekedar mengumpulkan hadits-hadits yang ma'lul (bermasalah). Agar orang-orang tahu kemunkarannya.
Sayangnya, ada orang-orang yang datang kemudian, malah menshahihkan hadits-hadits di dalamnya. Seandainya Imam At-thabarani masih hidup dan tahu apa yang dilakukan orang-orang sekarang ini, pastilah beliau tidak menuliskannya.
3. Imam At-Thabarani pada dasarnya juga tidak meriwayatkan hadits itu di dalam Al-Awsathnya.
4. Dikatakan bahwa Ibnu Khuzaemah juga menshahihkan hadits ini. Padahal perkataan itu tidak lain adalah tadlis. Ibnu Khuzaemah tidak pernah menshahihkan hadits ini. Bahkan beliau menjelaskan 'illatnya. Beliau menuliskan sebuah judul: Babu Ikhtiyari Shalatil Mar'ah fi Baitiha 'ala Shalatiha fil Masjid, in tsabatal hadits.
Kata penutup in tsabatal hadits justru menunjukkan bahwa beliau belum memastikan keshahihan hadits itu.
Dan perdebatan antara para muhaddits tidak ada habisnya tentang keshahihan hadits ini. Sebagian bilang itu hadits shahih tapi yang lain bilang itu hadits yang bermasalah.
Maka ketika ada sebagian kalangan yang ingin mengurung wanita di dalam rumah dengan berdasarkan haditsi ini, tidak semua sepakat membenarkannya.
Syarat dan Adab Wanita Keluar Rumah
Meski pun tidak ada dalil yang qath'i tentang haramnya wanita keluar rumah, namun para ulama tetap menempatkan beberapa syarat atas kebolehan wanita keluar rumah. Sebab memang ada peraturannya, tidak asal keluar rumah begitu saja, sebagaimana para wanita di dunia barat yang tidak punya nilai etika.
1. Mengenakan Pakaian yang Menutup Aurat
Menutup aurat adalah syarat mutlak yang wajib dipenuhi sebelum seorang wanita keluar rumah. Karena Allah SWT telah berfirman dengan tegas di dalam Al-Quran:
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang-oarang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka"(QS Al-Ahzaab 27)
2. Tidak Tabarruj atau Memamerkan Perhiasan dan Kecantikan
Wanita yang keluar rumah dan menutup auratnya, juga tetap harus menjaga dandanannya. Dia dilarang memamerkan perhiasan dan kecantikannya, terutama di hadapan para laki-laki. Karena Allah SWT telah berfirman di dalam Quran:
Janganlah memamerkan perhiasan seperti orang jahiliyah yang pertama` (QS Al-Ahzaab 33)
3. Tidak Melunakkan, Memerdukan atau Mendesahkan Suara
Selain itu para wanita yang keluar rumah juga diharamkan bertingkah laku yang akan menimbulkan syahwat para laki-laki. Seperti mengeluarkan suara yang terkesan menggoda, atau memerdukannya atau bahkan mendesah-desahkan suaranya.
Larangaannya tegas dan jelas di dalam Al-Quran, tidak ada urusan shahih atau tidak shahih, karena semua ayat Quran hukumnya shahih.
Janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melunakkan dan memerdukan suara atau sikap yang sejenis) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik` (QS Al-Ahzaab 32).
4. Menjaga Pandangan
Wanita yang keluar rumah juga diwajibkan untuk menjaga pandangannya. Bukan hanya laki-laki saja yang haram jelalatan matanya, tetapi wanita juga haram lirak-lirik.
Hal itu ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:
Katakanlah pada orang-orang laki-laki beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ........"(QS An Nuur 30-31)
5. Aman dari Fitnah
Kebolehan wanita keluar rumah akan batal dengan sendirinya manakala ada fitnah, atau keadaan yang tidak aman. Hal ini sudah merupakan ijma` ulama.
Syarat ini didapat dari hadits Nabi SAW tentang kabar beliau bahwa suatu ketika akan ada wanita yan berjalan dari Hirah ke Baitullah sendirian tidak takut apa pun kecuali takut kepada Allah SWT.
6. Mendapatkan Izin Dari Orang Tua atau Suaminya
Ini adalah yang paling sering luput dari perhatian para muslimah terutama aktifis dakwah. Sebab sekali mereka ikut terjun dalam dunia aktifitas rutinitas, maka seolah-olah izin dari pihak orang tua maupun suami menjadi hal yang terlupakan. Padahal izin adalah hal yang perlu didapatkan dan tidak bisa disepelekan begitu saja.
Pada dasarnya memang wanita harus mendapatkan izin suami untuk keluar rumah. Dan ini sebenarnya sangat manusiawi sekali. Tidak merupakan beban dan paksaan atau menjadi halangan.
Izin dari suami harus dipahami sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian serta wujud dari tanggung-jawab seorang yang idealnya menjadi pelindung.
Semakin harmonis sebuah rumah tangga, maka semakin wajar bila urusan izin keluar rumah ini lebih diperhatikan.
Namun tidak harus juga diterapkan secara kaku yang mengesankan bahwa Islam mengekang kebebasan wanita.
Wallahu a'lam bishshawab, wasalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc




HUKUM WANITA KELUAR RUMAH-BACA DAN FAHAMI...MUST READ...!!!

by Jom Tutup Aurat dan jaga akhlak on Wednesday, November 24, 2010 at 1:30pm
“Wanita itu aurat maka bila ia keluar rumah syaitan menyambutnya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1183, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil no. 273, ''

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliyah dahulu.''Al-Ahzab : 33 

Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Janganlah seorang wanita pergi (lebih dari) tiga hari kecuali bersamanya seorang mahram.” (HR. Muslim)

Menurut ayat Allah tersebut memang maksud ketentuan syari'atnya menyeru para wanita agar menetap di rumah, menahan diri agar tidak keluar kecuali untuk suatu kepentingan.Namun nasihat Al-Qur'an tersebut bukan mengartikan bahwa kaum  wanita harus menetap di rumah selama-lamanya dan tidak boleh keluar sama sekali, juga bukan berarti bermaksud merendahkan kehormata wanita apalagi mengikis kehidupan sosialnya, sebagaimana tuduhan kebanyakan musuh-musuh Allah, justeru sebaliknya Al-Qur'an ingin menunjukkan suatu jalan pemeliharaan diri yang dapat ditempuh dengan kehendaknya sendiri dan bukan ditentukan oleh kehendak orang lain

.Syarat-syarat keluar rumah bagi para wanita:

1.  ADANYA IZIN, Menurut Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa menyebutkan bahwa dalam hal meminta izin ini ada dua hal, yaitu bagi wanita yang telah menikah, izin yang dimaksud adalah izin dari suami, sedang bagi wanita yang belum menikah izinnya adalah izin dari orang tuanya. Dan untuk meminta izin, ada izin umum dan ada izin khusus. Izin umum adalah meminta izin keluar rumah untuk keperluan yang memang dianggap keperluan rutin, seperti belanja, sekolah dllnya. Hal ini tidak perlu setiap kali keluar meminta izin tapi cukuplah sekali minta izin, sedang untuk meminta izin untuk keperluan yang jarang-jarang seperti silaturrahim, menjenguk orang sakit dllnya, maka perlu meminta izin dahulu setiap akan pergi untuk keperluan tersebut.

2.  UNTUK KEBAIKAN, seperti:· Pergi menuntut ilmu· Pergi untuk beramar ma'ruf nahi munkar (berda'wah)· Silaturrahiim· Berdagang atau bekerja

3.  TIDAK BERTABARRUJ maksudnya tidak bersolek dan berdandan, tidak memakai perhiasan-perhiasan yang menarik, sehingga mengundang syahwat laki-laki juga tidak memperlihatkan keindahan tubuhnya.

4.  MENUTUP AURAT DAN MENJAGA ADAB-ADAB ISLAM Menutup aurat ketika keluar rumah merupakan kewajiban syar'i yang harus dipatuhi oleh setiap muslimah yang telah akil baligh, busana yang menjadi standard syar'i adalah sebagi berikut:

a.  Menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan
b.  Tidak ketat hingga lekuk tubuh tidak terlihat.
c.  Tidak tipis hingga warna kulit tidak terlihat.
d.  Tidak menyerupai laki-laki
e.  Tidak berwarna mencolok sehingga tidak menarik perhatian orang.
f.  Dipakai bukan maksud memamerkan dan tidak bergambar makhluk hidup.

Firman Allah s.w.t
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanitanya kaum mukminin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) sehingga mereka tidak diganggu…” (Al-Ahzab: 59)

Adapun adab-adab Islam juga harus dijaga antaranya, menjaga pandangan, tidak ikhtilat (berdua-duaan dengan lawan jenis), tidak berbicara dengan suara yang menimbulkan rangsangan, tidak berjalan berlenggak-lenggok dan lain sebagainya yang akan merusak citra Islam.

PERHATIN...!!!!!

Jika salah satu syarat daripada al-Quran dan Sunnah baginda itu tidak dapat dipenuhi, maka seseorang muslimah itu perlu mengekalkan hukum untuk menetap di rumah adalah lebih baik untuk mengelak diri dari FITNAH DAN DOSA BESAR...

Mereka yang bercinta sambil bercouple keluar berdua-duaan dengan pasangan kekasih sambil membonceng dan berpelukan diatas motor adalah satu perbuatan yang keji dan terkutuk dan mendapat laknat dari Allah s.w.t atas perbuatan maksiat tersebut kerana ia jelas lagi nyata telah melanggar hukum syar'i...

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:

Tidak halal bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari akhirat untuk keluar tiga hari ke atas melainkan bersama-samanya bapanya atau saudara kandung lelakinya atau suaminya atau anak lelakinya atau mana-mana mahramnya. (di dalam riwayat lain, ada dinyatakan satu hari satu malam, dan dua hari dua malam)-hadith riwayat Bukhari dan Muslim

Demikianlah pembahasa tentang wanita keluar rumah, semoga Allah selalu membimbing dan memberi petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin.

brought to you by : jom tutup aurat dan jaga akhlak (facebook)
                            http://www.tagged.com/jagaauratanda (tagged)
                             http://twitter.com/(coming soon)

edit: Admin jtadja


Sumber : Fiqih Wanita Karya Ibrahim Muhammad Al-Jamal

wanita
apabila wanita keluar tanpa mahram maka perbuatan menghampiri zina sebegini sememangnya akan berlaku...
doa keluar rumah


Hukum Wanita keluar rumah memakai parfum

Sabtu,Februari 23, 2008
Inilah kebiasaan yang menjadi fenomena umum di kalangan wanita. Keluar rumah dengan menggunakan parfum yang wanginya menjelajahi segala ruang. Hal yang menjadikan laki-laki lebih tergoda karena umpan wewangian yang manghampirinya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam amat keras mamperingatkan masalah tersebut. Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :“Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka mencium wanginya maka dia seorang pezina” (HR Ahmad, 4/418; shahihul jam’: 105)
sebagian wanita melalaikan dan meremehkan masalah ini, sehingga dengan sembarangan memakai parfum. Tak peduli di sampingnya ada sopir, penjual, saptam, atau orang lain yang tak mustahil akan tergoda.
Dalam masalah ini, syariat Islam amat keras. Perempuan yang telah terlanjur memakai parfum jika hendak keluar rumah ia di wajibkan mandi terlebih dahulu seperti mandi jinabat, meskipun tujuan keluarnya ke masjid. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Perempuan manapun yang memakai parfum kemudian keluar ke masjid (dengan tujuan) agar wanginya tercium orang lain maka shalatnya tidak diterima sehingga ia mandi sebagaimana mandi jinabat” (HR Ahmad2/444, shahihul jam’ :2073.)
Setelah berbagai peringatan kita sampaikan, akhirnya kita hanya bisa mengadu kepada Allah soal para wanita yang memakai parfum dalam pesta dan berbagai pertemuan yang diselenggarakan. Bahkan parfum yang wanginya menyengat hidung itu tak saja digunakan dalam waktu-waktu khusus, tetapi mereka gunakan di pasar-pasar di kendaraan dan di pertemuan-pertemuan umum hingga di masjid-masjid pada malam-malam bulan suci Ramadhan.
Syariat Islam memberi batasan, parfum wanita muslimah adalah yang tampak warnanya dan tidak keras semerbak wanginya.
Kita memohon kepada Allah, semoga Ia tidak murka kepada kita, semoga tidak menghukum orang-orang shalih baik laki-laki maupun perempuan dengan sebab dosa orang-orang bodoh dan semoga menunjuki kita semua ke jalan yang lurus.


apakah hukum perempuan memakai wangian?   




Re: [zaharuddin] apakah hukum perempuan memakai wangian?

Perhiasan bagi perempuan – satu kisah dan tauladan.


Banyak ayat di dalam Al Quran selain  ayat An Nahl : 14 berikut yang menggalakkan menggunakan perhiasan yang diberikan oleh Allah sama ada yang terdapat di lautan atau di daratan.


Dan Dia lah yang memudahkan laut, supaya kamu dapat makan daripadanya daging yang lembut hidup-hidup, dan dapat pula mengeluarkan daripadanya benda-benda perhiasan untuk kamu memakainya dan (selain itu) engkau melihat pula kapal-kapal belayar padanya; dan lagi supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah kurniaNya; dan supaya kamu bersyukur. An Nahl –14

Allah sukakan kecantikan dan seterusnya menggalakkan umatnya berhias dengan pakaian yang cantik untuk mengerjakan ibadah seperti ayat 31 surah Al A’raaf.

Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap kali kamu ke tempat ibadat (atau mengerjakan sembahyang), dan makanlah serta minumlah, dan jangan pula kamu melampau; sesungguhnya Allah tidak suka akan orang-orang yang melampaui batas.

Manusia pun sentiasa sukakan sesuatu yang cantik. Nak isteri, isteri yang cantik, nak beli rumah, rumah yang cantik, nak beli kereta, kereta yang cantik, sehinggakan ayam jantan cuba memperagakan bulu dan badannya yang cantik untuk memikat ayam betina kerana ia tahu bahawa ayam betina sukakan kecantikan.

Allah menciptakan berbagai makanan untuk manusia tetapi adakah semua makanan boleh dimakan ? Begitulah juga dengan Allah sukakan yang cantik dan menggalakkan umatnya berhias termasuk lah wanita tetapi wanita tidak boleh menghias diri sewenang-wenang untuk tatapan semua orang. Dengan itu Allah telah menurunkan An Nuur ayat 31 berikut untuk dijadikan panduan sewajarnya untuk wanita berhias.

Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.

Apa yang boleh dirumuskan dari ayat tersebut ialah:
1.      Tidak dibenarkan perempuan memandang benda-benda yang haram seperti aurat lelaki dll.
2.      Perempuan perlu melabuhkan tudung dari kepala untuk menutup leher dan belahan leher bajunya.
3.      Perhiasan wanita tidak boleh ditunjukkan kepada orang lain kecuali :
a.       Suami
b.      Ibu bapa dan ibu bapa mertua.
c.       Anak dan anak tiri.
d.      Adik beradik
e.       Anak saudara dari adik beradik mereka (bukan anak saudara dari adik beradik suami)
f.        Hamba lelaki
g.       Orang gaji lelaki yang di kasi atau sangat tua hingga tiada keinginan kepada perempuan.
h.       Kanak-kanak yang belum mengerti tentang aurat perempuan.
i.         Memakai rantai kaki yang boleh menghasilkan bunyi seperti ada loceng sehingga diketahui orang lain bahawa wanita ini ada memakai barang perhiasan.

Mengapakah kini ramai orang perempuan sering diganggu sama ada di pejabat, pusat membeli belah, di simpang jalan  atau di mana jua ? Wanita yang diganggu sering menyalahkan orang lelakilah yang gatal dan miang suka mengganggu orang perempuan tetapi mereka tak sedar janji ALLAH seperti dalam surah Al Ahzab ayat 59.


Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Dari ayat tersebut bolehlah dibuat rumusan bahawa seandainya wanita keluar dari rumah tanpa melabuhkan pakaiannya untuk menutup aurat, sudah pasti mereka akan diganggu oleh orang lelaki seperti yang dinyatakan Allah dalam surah tersebut.

Manusia bebas memilih (samada hendak keluar rumah menutup aurat atau tidak) tetapi ALLAH berhak memberikan balasan yang setimpal. Kalau keluar rumah menutup aurat dengan  sempurna ALLAH akan melindungi wanita tersebut dari gangguan lelaki tetapi kalau hendak juga keluar rumah tanpa menutup aurat maka balasan dari Allah ialah gangguan dari lelaki.

Marilah kita lihat satu lagi ayat Allah yang menjelaskan Allah akan membalas setimpal dengan perbuatan kita. Tidak lebih dan tidak kurang. Mengapa ada kalanya lelaki yang jahat menaruh keinginan untuk mengganggu wanita ? Mari kita perhatikan surah  Al Ahzab ayat 32.


Wahai isteri-isteri Nabi, kamu semua bukanlah seperti mana-mana perempuan yang lain kalau kamu tetap bertaqwa. Oleh itu janganlah kamu berkata-kata dengan lembut manja (semasa bercakap dengan lelaki asing) kerana yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah dengan kata-kata yang baik (sesuai dan sopan).

Ayat diatas jelas menyatakan bahawa kalau seorang wanita berkata-kata dengan cara yang mengada-ngada, lembut manja, atau miang menggatal, sudah pastilah akan timbul keinginan pada setiap lelaki samada yang baik apatah lagi yang jahat untuk menggangu wanita tersebut. Seandainya gangguan lelaki tersebut berbalas seperti yang dikehendaki olehnya, sudah pasti lelaki tersebut menyangka bahawa perempuan tersebut memberikan respon yang sesuai dan lelaki ini pasti akan mengganggu terus menerus hingga hajat dihatinya tercapai. Allah sahajalah dan kebanyakan lelaki memang tahu apa yang dihajati oleh lelaki apabila mereka mengganggu perempuan.

Mari kita lihat kes sebenar sebagai satu iktibar..

Utusan Malaysia  21 Mac 2001 menceritakan seorang wanita bernama Rubiyah Togi berumur 38 yang bertugas di Pejabat Tanah dan Daerah Seremban mendakwa mengalami gangguan seksual dari pegawai atasannya. Setelah kesnya didedahkan di akhbar, beberapa minggu selepas itu, berdasarkan laporan Utusan Malaysia 15 April 2001, Rubiyah Togi mendakwa bahawa beliau telah dianiaya oleh pegawai atasannya dengan memindahkan tempat bekerja beliau dari Seremban ke Jempol yang terletak kira-kira 80 kilometer dari rumahnya di Seremban.

Sepintas lalu selepas membaca laporan akbar ini, mungkin timbul rasa belas kasihan kita kepada Rubiyah Togi yang seperti sudah jatuh ditimpa tangga. Namun demikian janganlah kita juga tersilap mebuat satu keputusan menyebelahi Rubiyah Togi.. Allah selalu mengingatkan manusia supaya jangan menganiaya diri sendiri tetapi ramai manusia tidak sedar bahawa mereka sebenarnya telah atau sedang menganiaya diri sendiri.

Berbalik kepada kes Rubiyah Togi, apakah kesilapan yang telah membawa kepada musibah dari Allah seperti ayat 32 dan 59 surah Al Ahzab diatas ?. Apakah kesilapan yang telah dilakukan oleh Rubiyah Togi berdasarkan kedua dua laporan akhbar tersebut ?.  Apa yang saya boleh senaraikan mengenai kesalahan Rubiyah Togi ialah seperti berikut :

  1. Berhias untuk orang yang tidak sepatutnya seperti memakai
·        Gincu (lipstick).
·        Celak.
·        “Eye shadow”.
Yang lainnya tidak boleh dipastikan dari gambarnya sama ada memakai pelembab dan krim muka lainnya.
  1. Tidak menutup aurat dengan mendedahkan dadanya dari laporan akhbar kedua.
  2. Memakai perhiasan (satu rantai emas dan satu lagi rantai hitam) untuk tontonan semua orang.

Rubiyah telah jelas melanggar ayat Allah seperti An Nuur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59.
Perbuatan baik Allah balas dengan kebaikan dan perbuatan buruk Allah balas dengan keburukan (musibah). Allah menerangkan melalui An Nisaak ayat 111 dan ayat lain seperti Taha ayat 124.


Dan sesiapa yang mengerjakan sesuatu dosa maka sesungguhnya ia hanya mengerjakannya untuk (menjadi bala bencana yang) menimpa dirinya sendiri. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

Jelaslah di sini Rubiyah telah diberikan penghidupan yang perit (Taha : 124) seperti diganggu seksualnya oleh pegawai-pegawai atasannya dan kini keperitan hidupnya bertambah selepas dipindahkan ke Jempol yang terletak 80 kilometer dari rumah, suami dan anak-anaknya. Keperitan hidup atau bala bencana yang sedang menimpa Rubiyah ini insya Allah  tidak akan terhenti malahan bertambah dari sehari ke sehari selagi Rubiyah terus melakukan maksiat ke atas larangan Allah tersebut.

Ambillah iktibar dari kisah salah seorang pelajar saya ini. Mas Idayu (bukan nama sebenar adalah salah seorang pelajar saya pada tahun 2000. Sebagaimana biasa, saya suka menyampai seruan Allah agar pelajar perempuan menutup aurat dengan sempurna dan jangan menggunakan “make up” seperti gincu. Buat pertama kali dalam sejarah hidup saya, itulah kali pertama semua pelajar perempuan termasuk yang bukan Islam mengubah gaya hidup dengan tidak lagi ber”make up” dan bergincu termasuklah Mas Idayu.

Mas Idayu telah pun bersuami dan mempunyai seorang anak berumur lebih setahun waktu itu.  Mas Idayu bukanlah seorang perempuan yang cantik malahan saya mengkategorikannya sebagai “normal average girl”.

Pada penghujung semester ketika Mas Idayu menemui saya untuk membincangkan soal akademik, saya mengambil kesempatan bertanya sebarang pengalamannya sepanjang menjadi pelajar saya. Mas Idayu dengan nada gembira menyatakan bahawa selepas beliau tidak lagi ber “make up” dan bergincu, tidak ada lagi gangguan orang lelaki keatasnya. Sebelum ini kerap orang lelaki mengganggunya termasuklah ajak berkahwin (walau pun telah bersuami), keluar malam dan keluar makan bersama.

Seorang pelajar lain pula Aniza (bukan nama sebenar) pada tahun 2000 sering bila bertemu saya menyatakan rasa meluat dengan gangguan pelajar lelaki yang suka memandang, mengusik dan mendampinginya. Berbanding dengan Mas Idayu, Aniza memanglah cantik menarik, berkulit putih dan kulit pipi yang halus.  Aniza ada memakai subang perak di hidungnya (seperti orang india). Setelah dinasihati, Aniza telah menyerahkan subang perak kepada saya. Pada perjumpaan di hujung semester tersebut, Aniza telah menyatakan gembiranya kerana tidak lagi diganggu  oleh lelaki seperti sebelumnya.

Marilah kita mendoakan Rubiyah Togi semoga menginsafi kesalahannya dan balik ke pangkal jalan dengan meninggalkan larangan Allah kerana ini sahajalah yang bakal menjanjikan kebahagian Rubiyah Togi di Dunia dan di akhirat.

Dari kisah musibah yang menimpa Rubiyah Togi serta Mas Idayu dan Aniza, marilah kita mengambil iktibar dengan mengawasi isteri, anak, saudara mara serta sahabat handai semoga tidak mengulangi kesilapan mereka kerana kelak kita akan menerima musibah yang hampir sama.

Nota : Persoalan mengenai Rubiyah Togi hangat dibincangkan hingga melibatkan menteri besar Negeri Sembilan dan oleh Dato’ Rais Yatim. Sila rujuk Utusan Malaysia 17 dan 18 April 2001.

Dipetik dari: http://emjayjb.multiply.com/journal/item/13


Bolehkah bersolek nipis ke tempat kerja? Sekadar bedak dan sedikit gincu?
Jawapan dari  Ustaz Zainudin Hashim.

Soalan:
Saya seorang wanita yang bekerja, saya ingin bertanya mengenai hukum wanita bersolek yang agak tidak tebal, iaitu dengan mengenakan sedikit bedak dan gincu.
Ada teman yang menegaskan bahawa haram hukumnya bagi saya berbuat demikian sedangkan niat saya saya sekadar tidak mahu wajah kelihatan pucat, boleh pihak ustaz huraikan perkara itu?

Jawaban: Islam yang dibawa oleh junjungan agung Nabi Muhammad SAW merupakan satu-satu agama yang menitik beratkan persoalan hubungan manusia dengan Penciptanya, malah ia diperakui sebagai agama yang menaikkan kedudukan wanita dibandingkan dengan fahaman aliran Jahiliyyah di zaman baginda. Tiap-tiap perintah atau larangan terdapat hikmah sama ada dapat dicapai atau sebaliknya. 
Tentang persoalan yang saudari ajukan, pertama sekali kita perlu kembali kepada konsep bekerja buat wanita menurut pandangan Islam, apakah kaum Hawa ini diberi kelonggaran untuk keluar rumah bekerja atau sebaliknya?
Kalau dilihat kepada ayat 33 surah al-Ahzab, dengan jelas Allah SWT menegaskan bahawa kaum wanita diarahkan menetap di rumah dan dilarang berhias diri atau bersolek yang akan mengundang pelbagai fitnah. Namun para Ulamak fiqh telah membahaskan ayat di atas dan membuat beberapa pendekatan, para wanita Islam (muslimah) dibenarkan keluar rumah untuk bekerja atau kerana beberapa keperluan harian dengan beberapa syarat yang mesti dijaga dengan baik. Jika salah satu syarat daripada al-Quran dan Sunnah baginda itu tidak dapat dipenuhi, maka  seseorang muslimah itu perlu mengekalkan hukum untuk menetap di rumah.
Pertama: Dalam ayat 33 surah al-Ahzab di atas dengan jelas dan terang Allah SWT memerintahkan muslimah tidak bersolek ketika keluar rumah dengan apa pun alasan sama ada untuk bekerja atau yang lain. Perlu diingat bahawa seorang isteri hanya dibenarkan bersolek untuk suaminya hanya di rumah, bukannya di luar rumah apatah lagi berlainan pejabat, kerana dia (muslimah) terdedah kepada pandangan umum yang boleh jatuh kepada fitnah yang tidak terduga.
Bersolek adalah amalan wanita zaman Jahiliah seperti diberitahu oleh Allah dalam ayat tersebut, ukuran bersolek tidak kira tebal atau nipis, kalau sekadar memakai bedak masih boleh diterima bagi mengelak kulit muka dari berminyak.
Kedua: Seorang muslimah diwajibkan menutup kepalanya dengan hijab (tudung kepala), kerana pemakaian hijab adalah perintah secara langsung daripada Allah dan bukannya cadangan Nabi Muhammad SAW atau pandangan serta ijtihad para Fuqaha' (ahli-ahli fiqh seperti Imam-Imam Hanafi, Maliki, Syafie, Hanbali dan lain-lain).
Hal ini telah disebut dalam ayat 31 surah an-Nur dan ayat 59 surah al-Ahzab, di mana Allah SWT memerintahkan kaum muslimat memakai hijab (tudung kepala) hingga di bawah perhiasan mereka. Menafikan kewajiban memakai hijab adalah satu perbuatan mungkar di sisi Allah yang boleh menjejas aqidah.
Ketiga: Rulullah SAW  melarang muslimah keluar dengan mengenakan wangi-wangian seperti mana yang pernah berlaku di zaman Baginda, ada seorang wanita keluar rumah untuk memunaikan solat jemaah, tiba-tiba baginda terhidu bau wangi, maka salah seorang sahabat mengkhabarkan kepada baginda bahawa yang mengenakan wangian itu adalah seorang muslimah, dan wanita itu diperintahkan agar pulang ke rumah walau pun alasannya untuk menunaikan solat.
Keempat: Larangan Rasulullah SAW kepada kaum muslimah agar memakai pakaian yang sempurna dengan tidak memakai pakaian yang terlalu ketat hingga kelihatan bentuk tubuh badan, nipis, singkat dan jarang, kerana dalam hal ini Rasulullah ada menegaskan bahawa mereka yang memakai pakaian seperti itu bagaikan bertelanjang walaupun memakai pakaian.
Maka, untuk muslimah yang keluar bekerja, jagalah batas-batas ini. Jangan bersolek, memakai hijab (tudung kepala), tidak mengenakan pakaian singkat, nipis, ketat dan jarang.

Dipetik dari; http://emjayjb.multiply.com/journal/item/14


No comments:

Post a Comment