Tuesday, December 25, 2012

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan 2



Surah Ar-Rahman
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani
(Tuhan) Yang Maha Pemurah serta melimpah-limpah rahmatNya. (1) Dialah yang telah mengajarkan Al-Quran. (2) Dialah yang telah menciptakan manusia. (3) Dialah yang telah membolehkan manusia (bertutur) memberi dan menerima kenyataan. (4) Matahari dan bulan beredar dengan peraturan dan hitungan yang tertentu. (5) Dan tumbuh-tumbuhan yang melata serta pohon-pohon kayu-kayan, masing-masing tunduk menurut peraturanNya. (6) Dan langit dijadikannya (bumbung) tinggi, serta Dia mengadakan undang-undang dan peraturan neraca keadilan. (7) Supaya kamu tidak melampaui batas dalam menjalankan keadilan. (8) Dan betulkanlah cara menimbang itu dengan adil, serta janganlah kamu mengurangi barang yang ditimbang. (9) Dan bumi pula dijadikannya rata untuk kegunaan manusia dan makhluk-makhlukNya yang lain. (10) Terdapat padanya berbagai jenis buah-buahan dan pohon-pohon kurma yang ada kelopak-kelopak mayang. (11) Demikian juga terdapat biji-bijian yang ada jerami serta daun dan terdapat lagi bunga-bungaan yang harum. (12) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan (wahai umat manusia dan jin)? (13) Dia menciptakan manusia (lembaga Adam) dari tanah liat kering seperti tembikar. (14) Dan Dia telah menciptakan jin dari lidah api yang menjulang-julang. (15) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (16) (Dialah) Tuhan yang mentadbirkan dua timur dan Tuhan yang mentadbirkan dua barat. (17) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (18) Dia biarkan air dua laut (yang masin dan yang tawar) mengalir, sedang keduanya pula bertemu. (19) Di antara keduanya ada penyekat yang memisahkannya, masing-masing tidak melampaui sempadannya. (20) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (21) Dari kedua laut itu, keluar mutiara dan marjan. (22) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (23) Dan Dialah yang menguasai kapal-kapal yang belayar di laut, yang kembang tinggi layarnya seperti gunung-ganang. (24) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (25) Segala yang ada di muka bumi itu akan binasa. (26) Dan akan kekallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. (27) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (28) Sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi sentiasa berhajat dan memohon kepadaNya. Tiap-tiap masa Dia di dalam urusan (mencipta dan mentadbirkan makhluk-makhlukNya)! (29) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (30) Kami hanya akan menguruskan hitungan dan balasan amal kamu sahaja (pada hari kiamat,) wahai manusia dan jin! (31) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (32) Wahai sekalian jin dan manusia! Kalau kamu dapat menembus keluar dari kawasan-kawasan langit dan bumi (untuk melarikan diri dari kekuasaan dan balasan Kami), maka cubalah kamu menembus keluar. Kamu tidak akan menembus keluar melainkan dengan satu kekuasaan (yang mengatasi kekuasaan Kami; masakan dapat)! (33) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (34) Kamu (wahai golongan yang kufur ingkar dari kalangan jin dan manusia) akan ditimpakan dengan api yang menjulang-julang dan leburan tembaga cair (yang membakar); dengan yang demikian, kamu tidak akan dapat mempertahankan diri (dari azab seksa itu). (35) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (36) Selain itu (sungguh ngeri) ketika langit pecah-belah lalu menjadilah ia merah mawar, berkilat seperti minyak. (37) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu yang kamu hendak dustakan? (38) Pada masa itu tiada sesiapapun, samada manusia atau jin yang akan ditanya tentang dosanya (kerana masing-masing dapat dikenal menurut keadaannya). (39) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (40) Orang-orang yang berdosa dapat dikenal dari tanda-tandanya, lalu dipegang dari atas kepala dan kakinya (serta diseret ke Neraka). (41) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (42) (Lalu dikatakan kepada mereka): Inilah Neraka Jahanam yang selalu orang-orang yang berdosa mendustakannya. (43) Mereka (terus diseksa) berulang-ulang di antara api Neraka dengan air yang menggelegak yang cukup masak panasnya! (44) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (45) Dan orang yang takut akan keadaan dirinya di mahkamah Tuhannya (untuk dihitung amalnya), disediakan baginya dua Syurga. (46) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (47) (Dua Syurga) yang ada berjenis-jenis pohon dan buah-buahan. (48) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (49) Pada kedua-dua Syurga itu terdapat dua mata air yang mengalir. (50) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan. (51) Pada kedua Syurga itu terdapat dua macam dari tiap-tiap jenis buah-buahan (yang biasa dan yang luar biasa). (52) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (53) Mereka (bersenang-senang di tempat masing-masing dalam Syurga itu dengan) berbaring di atas hamparan-hamparan, yang lapisan-lapisan sebelah dalamnya dari sutera tebal yang bersulam dan buah-buahan kedua-dua Syurga itu dekat (kepada mereka) untuk dipetik. (54) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (55) Di dalam Syurga-syurga itu terdapat bidadari-bidadari yang pandangannya tertumpu (kepada mereka semata-mata), yang tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan jin. (56) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (57) Bidadari-bidadari itu (cantik berseri) seperti permata delima dan marjan. (58) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (59) Bukankah tidak ada balasan bagi amal yang baik melainkan balasan yang baik juga? (60) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (61) Dan selain dari dua Syurga itu, dua Syurga lagi (untuk menjadi balasan bagi golongan peringkat yang kedua). (62) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (63) Kedua-duanya menghijau subur tanamannya. (64) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (65) Dalam kedua-dua Syurga itu terdapat dua mata air yang terus menerus memancutkan airnya. (66) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (67) Pada keduanya juga terdapat buah-buahan, serta pohon-pohon kurma dan delima. (68) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (69) Dalam kedua-dua Syurga itu juga terdapat (teman-teman) yang baik akhlaknya, lagi cantik parasnya. (70) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (71) Dia itu bidadari-bidadari yang hanya tinggal tetap di tempat tinggal masing-masing. (72) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (73) (Bidadari-bidadari itu) tidak pernah disentuh sebelum mereka oleh manusia dan tidak juga oleh jin. (74) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (75) Penduduk Syurga itu (bersenang-senang di dalamnya dengan) berbaring di atas (bantal-bantal dan) cadar-cadar yang hijau warnanya serta permaidani-permaidani yang sangat indah. (76) Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan? (77) Maha Sucilah nama Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. / (78)

Setelah Menolak Islam Selama 23 Tahun Akhirnya Ayah Saya Wafat sebagai Muslim

Posted on the May 17th, 2012 under Agama,Luar Negara by admin
Abdur Rahim Green seorang mualaf menjelaskan bagaimana hari-hari terakhir ayahnya di rumah sakit sebelum dia akhirnya meninggal dunia. Green adalah mantan Direktor Barclays Bank di Kairo, dan putranya Abdur Rahim Green memeluk Islam lebih dari 20 tahun yang lalu, dan saat ini menjadi tokoh terkenal di kalangan sarjana Muslim. Sebelumnya Abdur Rahim berpikir bahawa ayahnya tidak akan menjadi muslim, namun kehendak Allah berkata lain, ayahnya Green akhirnya masuk Islam hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal.
Sebuah hadits Nabi yang berbunyi: “Semoga wajahnya digosok dalam debu (semoga dia menjadi terhina) serta masuk neraka orang yang salah satu orangtuanya sudah mencapai usia tua namun dia tidak melayani mereka.”
Abdul Rahim Green kemudian mengatakan “Itulah mengapa saya memutuskan untuk meluangkan waktu saya di sini dengan ibu saya setelah kematian ayah saya.

Kematian ayah saya adalah sesuatu yang membuat saya sangat bahagia, dan merupakan kisah luar biasa tentang bagaimana hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal, ia diberkati untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Allah SWT hanya menyuruh kita untuk berdakwah dan kita tidak bisa mengubah siapa pun untuk berubah menjadi Islam kecuali dengan izin Allah. Tugas kita adalah untuk menyampaikan dakwah, untuk menjelaskan kepada orang dengan cara terbaik yang kita bisa, hidayah hanya ada di tangan Allah SWT.
Saya tidak pernah berpikir bahwa ayah saya mengucapkan kalimat Syahadah. Ayah saya adalah seorang ayah yang luar biasa, dia memiliki kepribadian yang luar biasa dan tidak ada yang bisa menggambarkan dia sebagai orang yang buruk.
Selama 23 tahun, sejak saya menjadi seorang Muslim, saya telah mengajak ayah saya untuk masuk Islam. Dan saya memutuskan untuk memberikan contoh terbaik saya yang mungkin bisa menggambarkan Islam sebenarnya, tentang bagaimana Islam memandang hidup, tentang bagaimana Islam mengajarkan saya untuk menghormati dia sebagai orangtua. Tapi saya berpikir bahawa ayah saya berpikiran sangat tertutup terhadap Islam, jadi saya tidak pernah berharap penuh bahwa ia akan menjadi seorang Muslim.
Ayah saya telah sakit selama beberapa tahun, dan ibu saya berpikir bahwa ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sebagaimana yang terjadi, beberapa minggu ketika saya kembali dari Eropah, saya tiba di rumah sakit dan langusng pergi menemui ayah saya. Saya menatapnya dan saya berpikir bahwa ia bisa mati malam ini. Jadi, saya berpikir, jika saya tidak mengatakan sesuatu tentang Islam, saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri.
Saya tahu bahawa saya mencuba mengajaknya masuk Islam melalui banyak cara. Tapi saya berpikir bahawa saya harus membuat upaya terakhir.
Saya telah menghabiskan waktu yang lama memikirkan apa yang bisa saya katakan. Bagaimana saya bisa mengatakannya? Apa cara yang tepat untuk mendekatinya? Dia sudah sangat sakit, jadi saya tidak ingin membuat dia kesusahan, saya tidak ingin membuat dia menjadi lebih marah.
Sejujurnya saya takut bahwa ia mungkin mengatakan “Tidak,” dan menolak ajakan saya. Dan saya bahkan khawatir bahwa jika ia memang mengatakan Syahadat namun tidak masuk ke dalam Islam, kemudian ia sembuh dan pulang ke rumah dan menjadi lebih arogan tentang Islam, hal itu lebih menakutkan saya.
Ini benar-benar hal yang sulit. Setiap mualaf yang memiliki orang tua yang belum muslim, mereka pasti mengalami dilema ini seperti yang saya alami. Namun jangan pernah meremehkan kekuatan dari doa, karena itu maka ketika saya bingung, saya meminta Allah untuk membantu saya menemukan sesuatu untuk dikatakan kepada ayah saya.
Saat ia berbaring di tempat tidur, saya berkata kepadanya: “Ayah! Saya punya sesuatu yang sangat penting untuk saya beritahukan kepada ayah, apakah ayah mau mendengarkannya? Ayah saya tidak bisa benar-benar berbicara dengan baik, jadi dia mengangguk. Lalu saya berkata: Saya punya sesuatu untuk dikatakan, jika saya tidak mengatakannya, saya akan menyesalinya.
Dan kemudian saya mengatakan kepadanya bahwa “di hari kiamat, seorang lelaki akan datang di depan Allah dengan banyak perbuatan dosa serta kemaksiatan, dan Allah akan berkata kepadanya, Anda memiliki sesuatu yang melampaui semua itu. ” Dan orang itu akan berkata, “Apa itu Tuhanku?” Allah berfirman ‘Sebuah pernyataan tertulis yang bisa Anda buat: Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.”
Saya berkata, “Jadi ayah, ini adalah kunci surga, ini adalah kunci sukses dalam kehidupan yang akan datang, bagaimana menurut ayah?”
Dan ia menganggukkan kepalanya.
Saya berkata “Apakah itu berarti Anda ingin mengatakan kata-kata tersebut?”
Dan ayah saya berkata “Ya.”
Dia menginkuti kata-kata yang saya ucapkan, “Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasulullah.”
Saya harus meninggalkan rumah sakit pada hari itu, karana rumah sakit memiliki beberapa aturan ketat. Saya mengunjunginya pada hari berikutnya, dan dia sudah tidak ingat apa-apa. Dia tidak mampu mengingat satu hal dari sehari ke hari yang lain, bahkan dari jam ke jam yang lain, tapi itu bukan akhir semua itu.
Tiga atau empat hari sebelum ia meninggal, ayah saya berkata: Tolong, tolong bantu saya.
Saya berkata, “Ayah apa yang kau ingin saya lakukan?”
Dia mengatakan “Saya tidak tahu!”
Lalu ia berkata, “Beri saya sesuatu yang mudah untuk dilakukan.”
Saya teringat hadits Nabi: “Ada sesuatu yang ringan di lidah, namun berat di sisi timbangan” Jadi, saya berkata “Ayah jika saya adalah ayah, saya akan terus mengulangi kalimat syahadat berulang-ulang.”
Dan dia berkata, “Ya, itulah yang ingin saya lakukan.”
Dan kami menghabiskan setengah jam mengulang-ulang kalimat Syahadah itu.
Tidak beberapa lama kemudian, saya berangkat ke Eropah, dan di sana saya mendengar ayah saya telah meninggal dunia. Subhanallah.
Sumber

Perompak Peluk Islam Atas Kebaikkan Hati Pekedai Yang Hendak Dirompak

Posted on the June 20th, 2012 under Agama,Luar Negara by admin
Kalau anda lihat klip ini pada beberapa saat yang terawal, anda tidak akan menjangkakan apa yang berlaku di akhirnya.
Bermula sebagai satu rompakan, kemudian pekedai mengawal keadaan dengan senjata api miliknya.
Mendengar rintihan perompak, pekedai simpati dan memberikan wang serta roti kepadanya.
Ini membawa ke hati perompak itu terbuka untuk memeluk Islam.

Mungkin akan ada yang mempersoalkan perompak itu berlakon kerana ketakutan, namun perompak itu boleh bergerak keluar selepas menerima roti dan wang itu, tapi dia memilih untuk melafazkan syahadah.
Dari arah mana atau bagaimana datangnya hidayah itu memang sukar untuk diduga. Bermula sebagai rompakan, berakhir dengan berjabat tangan.

 

Mynewshub


Kisah seorang kanak-kanak Amerika masuk Islam

Posted on the December 10th, 2012 under Agama by admin

Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Kisah budak Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas.
Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tuanya Nasrani pada tahun 1990 M.

Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat.
Begitu dia sejak boleh membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi.
Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim.
Padahal dia tidak pernah bertemu muslim seorang pun selama ini.
Dia sangat cinta dengan agama Islam ini sampai pada tahap dia mempelajari solat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal surah, dan belajar azan.
Semua itu berlaku tanpa bertemu dengan seorang muslim pun.
Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya iaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil.
Detik Islam

Anai-Anai Mengenali Kesucian Ayat Al-Quran Berusia 100 Tahun

Posted on the June 20th, 2012 under Agama by admin
Al-quran yang beserta dengan terjemahan dalam bahasa Urdu yang telah berusia 100 tahun ini telah dimakan oleh anai-anai. Apa yang ajaibnya anai-anai ini memakan semua termasuk terjemahannya tetapi tiada satu pon ayat Al-quran dalam bahasa Arab yang dimakan oleh anai-anai tersebut.
Kejadian ini berlaku di dalam rumah seorang muslim yang bernama En. Md Farooq penduduk Tappachabutra, Hyderabad.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr, surat ke 15 ayat ke 9, Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Ayat di atas menunjukkan jaminan dari Allah Swt., bahawa Dia selain menurunkan dan mewahyukan Al-Quran, juga berkomitmen akan menjaga kemurniannya hingga Hari Kiamat.
Al-Quran Al-Karim Adalah Mukjizat
Daripada Saidina Ali r.a :
Katanya: Ingatlah! Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: ” Awaslah! Sesungguhnya akn berlaku kekacauan dan bala bencana yang besar”. Aku bertanya: ” Apakah caranya untuk menyelamatkan diri dari bencana itu, Ya Rasulullah?” Baginda menjawab: ” (Caranya ialah berpegang teguh kepada ajaran) kitab Allah, ia mengandungi kisah-kisah perihal umat-umat yang terdahulu dari kamu, dan berita perkara-perkara yang akan datang sesudah kamu, serta hukum-hukum mengenai apa yang berlaku di antara kamu; (kitab Allah al-Quran) dialah yang menjadi pemutus (antara yang benar dengan yang salah), bukan keterangan yang olok-olok; sesiapa jua dari golongan yang sombong angkuh, meninggalkannya (dengan tidak menurut hukumnya): akan dibinasakan oleh Allah, dan sesiapa yang mencari pertunjuk dari yang lainnya – akan disesatkan oleh Allah; al-Quran ialah tali Allah yang teguh kukuh, dan dialah pengajaran yang menjadi ikutan, dan dialah juga As-Siratul Mustaqim (jalan yang lurus). Dialah kitab yang dengan sebab berpegang teguh kepada ajarannya, hawa nafsu seseorang tidak akan menyeleweng atau terpesong; dan dialah kitab yang kalimah-kalimahnya tidak akan bercampur aduk atau berkesamaran dengan kata-kata makhluk; dan alim ulama pula tidak merasa puas daripada mengkaji isi kandungannya; (demikian juga) keindahan, kemanisan dan kelazatan membacanya tidak akan susut atau hilang, meskipun ia dibaca dengan berulang-ulang; dan kandungannya yang menakjubkan, tidak berkesudahan. Dialah kitab yang menjadikan sekumpulan jin semasa mendengarnya tidak tertahan hati menerimanya sehingga mereka memujinya dengan berkata: “Sesungguhnya kami mendengar bacaan al-Quran yang menakjubkan, yang memimpin ke jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya.” (Demikian juga) sesiapa yang memperkatakannya; dan sesiapa yang beramal dengan ajarannya, diberikan pahala; dan sesiapa yang membuat keputusan berdasarkan hukum-hukumnya, adillah keputusannya; dan sesiapa yang berdakwah supaya orang ramai menurut ajaran-ajarannya, sudah tentu ia (dan mereka) beroleh hidayah pertunjuk ke jalan yang lurus.”
(Saidina Ali r.a)
Firman Allah Ta’ala Yang Bermaksud:
“Sesungguhnya orang yang beriman itu ialah orang yang apabila disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab (Tuhan) mereka bertawakal.” ( Surah an-Anfal : Ayat 2 )
Subhanallah, Wallahu’alam….
hasnulhadiahmad.com

Jangan sakiti Rasulullah s.a.w

Posted on the September 11th, 2011 under Agama by admin

SESIAPA saja akan sedih dan terguris hati jika keburukan kedua ibu bapa disebut-sebut di hadapannya kalaupun ia suatu yang benar dan bukan sekadar tuduhan. Inilah fitrah hubungan kasih dan sayang yang ada antara seseorang itu dengan ibu bapa kandungnya.
Keburukan apakah yang lebih besar dan jelas selain daripada kekufuran Abu Lahab sehingga celaan Allah SWT dalam al-Quran.
Namun, apabila sampai ke telinga Nabi bahawa ada sahabat yang mengungkit tentang kekufuran dan penentangan Abu Lahab di hadapan anak perempuannya yang Muslim, baginda melarang dan menegur perbuatan itu.

“Jangan sakiti yang Islam dengan menyebut-nyebut yang kafir,” sabda baginda.
Jika itulah sikap Nabi dalam kes Abu Lahab, bagaimanakah pula jika ibu dan bapa baginda sendiri yang disebut dan diungkit sebagai kufur dan berada dalam neraka?
Adakah Nabi tidak terguris hati atau merasa disakiti, tanpa mengira apa pun niat si penyebut? Lebih buruk lagi jika pandangan bahawa ibu dan bapa nabi itu kufur adalah tidak benar dan bercanggah dengan pandangan jumhur ulama.
Maka kenyataan tersebut merupakan suatu pendustaan terhadap kekasih Allah SWT dan makhluk-Nya yang paling mulia.
Malangnya, akhir-akhir ini, ada dakwaan bahawa ibu dan bapa Nabi itu kufur dan berada dalam neraka. Ia diketengahkan dalam masyarakat kita secara terbuka dalam media perdana oleh segelintir pendakwah.
Dalam keadaan begitu tidak mustahil ramai ahli masyarakat yang tidak berilmu akan mudah terpengaruh, lantas sama-sama mengulangi kalimah yang pastinya menyakiti Nabi itu.
Mahukah kita jika Allah SWT memandang umat Islam di Malaysia sebagai tidak peka dengan apa yang menyakiti kekasih-Nya? Bukankah ini boleh mengundang kemurkaan Allah dan rasul-Nya?
Sebenarnya tidak ada satu sebab munasabah untuk mengungkit isu status ibu dan bapa Nabi.
Jika isu ini tidak ditimbulkan, masyarakat kita amnya mempunyai tanggapan yang sangat mulia terhadap ibu dan bapa Nabi. Itu sikap yang lebih berasas dan tepat seperti yang akan dihuraikan.
Kalau pun ada yang bertanggapan bahawa ini bercanggah dengan hadis, tetapi apakah ia menepati keutamaan yang begitu tinggi dan mendesak sehingga perlu ditimbulkan.
Adakah selama ini dengan memuliakan ibu dan bapa Nabi merugikan dan memundurkan Islam dan umatnya di Malaysia?
Selain tiada keperluan jelas, isu ini juga tidak patut ditimbulkan secara terbuka. Untuk memastikan ia benar-benar dihuraikan secara adil ia menuntut kajian dan penelitian ilmiah khusus.
Sebenarnya, isu ini ada persamaan dengan beberapa isu agama yang sifatnya kompleks dan boleh mengelirukan yang suka ditimbulkan oleh segelintir penceramah akhir-akhir ini. Apabila ada yang menimbulkannya secara terbuka maka wajib penjelasan dibuat agar masyarakat tidak keliru dan tersalah faham. Pendek kata ia sudah menjadi suatu kemungkaran dan kezaliman ilmiah yang wajib dicegah dan diperbetulkan.
Pandangan yang mendakwa ibu dan bapa Nabi adalah kufur dan berada dalam neraka sebenarnya berpuncakan dua hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Dalam salah satunya, Nabi bersabda bahawa baginda tidak diizinkan oleh Allah memohon keampunan bagi ibu baginda tetapi diizinkan menziarahi kuburnya.
Dalam hadis kedua, Nabi diriwayatkan menjawab pertanyaan seorang lelaki tentang nasib bapanya dengan menjawab bahawa ayah lelaki tersebut dan ayah baginda sendiri berada dalam neraka.
Walaupun sahih daripada segi sanadnya tetapi jumhur ulama berpendapat bahawa matan atau teks hadis-hadis ini tidak boleh difahami secara zahir semata-mata. Ini suatu yang biasa berlaku dalam berinteraksi dengan hadis.
Bukan hanya kesahihan sanad menjadi penentuan hukum daripada sesuatu hadis. Terdapat juga kaedah-kaedah tertentu dalam memahami teks hadis itu sendiri yang perlu dipatuhi.
Berdasarkan kaedah-kaedah dalam memahami teks hadis, hadis-hadis di atas tidak mendokong kesimpulan bahawa ibu dan bapa Nabi kufur dan diazab.
Pertamanya, makna zahir hadis-hadis ini tidak boleh dipegang kerana ia bertentangan dengan nas-nas al-Quran dan hadis-hadis yang lain. Antaranya, ayat-ayat dan hadis yang mensabitkan bahawa Nabi adalah berasal daripada keturunan yang mulia dan terpelihara seperti ayat 219 surah al-Syuara’ yang bermaksud: dan (Allah melihat) pergerakanmu di antara orang-orang yang sujud.
Ibnu Abbas seperti yang diriwayatkan oleh al-Bazzar, al-Tabrani dan Abu Nuaim serta dalam tafsir-tafsir al-Tabari dan al-Qurtubi berpendapat bahawa ayat ini bermaksud bahawa Nabi telah berpindah dari satu sulbi ke satu sulbi di kalangan nenek moyang yang sujud dan beriman.
Hal ini disokong oleh hadis-hadis yang merakamkan bahawa Nabi pernah memuji atau berbangga dengan ibu bapa dan keturunannya sedangkan adalah tidak wajar Nabi melakukan demikian jika mereka itu syirik atau kufur.
Maksud zahir hadis-hadis itu juga bertentangan nas-nas al-Quran berkenaan kaedah bahawa Allah SWT tidak akan mengazab sesuatu kaum sebelum dikirimkan rasul-rasul-Nya untuk menyampaikan agama yang benar (al-Israk: 15, al-Anaam: 131, al-Nisaa’: 165)
Terdapat pula ayat-ayat yang menafikan bahawa terdapat rasul yang dikirim kepada kaum Nabi Muhammad sebelum kebangkitan baginda (Saba’: 44, al-Qasas: 46).
Maka kesimpulan yang lebih tepat adalah ibu dan bapa Nabi sama ada beriman dengan peninggalan risalah rasul-rasul yang terdahulu ataupun tergolong dalam kalangan Ahlul Fatrah, iaitu mereka yang berada di zaman yang tiada rasul yang menyebabkan mereka secara prinsipnya tidak akan diazab.

Sikap angkuh, sombong boleh jejaskan prestasi

Posted on the October 5th, 2011 under Agama by admin
Sikap bekerjasama dan saling membantu bukan sahaja menaikkan nama organisasi tetapi juga membuang sifat mazmumah seperti sombong. – Gambar hiasan
ISLAM melarang umatnya bersifat bangga diri dan merendahkan orang lain. Sebaliknya hendaklah bersifat hormat menghormati antara satu sama lain. Ini kerana semulia-mulia manusia di sisi Allah ialah mereka yang paling bertaqwa.
Ia sebagaimana firman-Nya yang bermaksud: Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih takwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya (akan keadaan dan amalan kamu). (al-Hujurat: 13)

Kedudukan seseorang itu berbeza di sisi Allah kerana darjat takwa yang dimilikinya. Oleh sebab itu Islam melarang umatnya melakukan kezaliman dan membesar diri, lupa diri, bermegah-megah, bongkak sombong dan sebagainya.
Sifat sombong ini sangat bahaya dan sifat tersebut banyak membinasakan makhluk Allah sepanjang sejarah manusia di muka bumi ini.
Iblis sendiri diusir keluar dari syurga lantaran sifat sombongnya yang enggan sujud kepada Nabi Adam AS. Perdana Menteri Raja Firaun, Qarun, ditelan hidup-hidup ke dalam perut bumi bersama-sama dengan timbunan harta benda juga disebabkan kesombongannya.
Malah Firaun juga menemui ajal dalam keadaan yang hina kerana sifat sombong dan angkuhnya terhadap Allah SWT dan sebagainya.
Rasulullah SAW dalam hadisnya menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan sifat sombong dan bahayanya sifat tersebut.
Ia sebagaimana sabda baginda yang bermaksud: Tidak masuk syurga sesiapa yang ada di dalam hatinya sedikit sifat sombong, kemudian seseorang berkata: (Ya Rasulullah) sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya bagus dan kasutnya bagus. Baginda bersabda: Sesungguhnya Allah itu indah dan Dia menyukai keindahan, (dan yang dimaksud dengan) kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendah-rendahkan orang lain. (riwayat Muslim)
Sombong merupakan salah satu sifat mazmumah (tercela) dan sifat ini sangat dibenci oleh Allah SWT.
Sifat tercela ini merupakan jalan ke neraka yang menyebabkan tertutupnya pintu-pintu ke syurga. Ini kerana akhlak mulia itu merupakan jalan atau pintu untuk ke syurga.
Terlalu banyak keburukan bersifat sombong, antaranya tentu sekali dibenci dan dimurkai Allah SWT dan juga Rasulullah SAW. Orang yang sombong tidak mempunyai perasaan kasih sayang sesama saudaranya yang mukmin sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
Selain itu, seseorang yang memiliki sifat sombong ini juga tidak terlepas dari suka berdendam dan perbuatan mahupun percakapannya tidak boleh di percayai atau diguna pakai.
Golongan ini juga bukan pemberi nasihat yang baik dan nasihatnya tidak boleh diyakini. Api kemarahan sentiasa marak dalam dirinya dan amat sukar untuk dikawal.
Sombong boleh berlaku dalam pelbagai situasi di antaranya di dalam sesebuah organisasi atau di tempat kerja. Sifat ini sering menimbulkan masalah dalam urusan kerja seharian di sesebuah syarikat. Jika tidak dibendung daripada awal ia akan menjadi barah dan akan merosakkan organisasi berkenaan.
Ada orang yang sombong kerana menganggap dirinya lebih tinggi atau mulia daripada orang lain kerana pangkat yang ada pada dirinya.
Ada orang angkuh kerana pengalaman di dalam kerjanya sehingga merasakan bahawa dia adalah di kalangan yang layak dirujuk dan ada juga orang yang membangga diri kerana kepandaian yang melebihi dari orang lain.
Ini semua adalah penyakit hati boleh merosakkan sesebuah organisasi.
Penyakit ini jika tidak dirawat daripada awal akan menjadi punca kepada masalah perpecahan hati, fikiran, pertembungan idea yang tidak sihat dan akhirnya boleh memberi kesan kepada kemerosotan prestasi kerja.
Ini berlaku kerana masing-masing merasa diri dan kerjanya sempurna sehingga tidak mahu menerima cadangan, teguran atau pembaikan.

Akibat Mabuk Makan Mercun Sehingga Terburai Mulut

Posted on the June 19th, 2012 under Agama by admin
Seorang pemuda yang terlampau mabuk akibat minum Arak berlebihan telah membuat keputusan untuk menyalakan mercun dan memakannya, selepas itu mercun tersebut meletup didalam mulutnya, letupan tersebut mengakibatkan sehingga terburai mulutnya.
“Oleh disebabkan itulah Islam melarang umatnya meminum Arak”.
Pengharaman Arak

ISLAM mengharamkan arak sejak 14 abad yang lalu. Orang Arab jahiliah sebelum kedatangan Islam adalah peminum arak yang tegar. Mereka menganggap arak sebagai minuman terbaik untuk menikmati keseronokan hidup sebenar. Terdapat juga di kalangan segelintir umat Arab jahiliah yang baru memeluk Islam cuba mempengaruhi Rasulullah SAW dengan mengatakan arak boleh menjadi penawar dan ubat untuk seseorang. Rasulullah segera menyanggah anggapan itu dengan bersabda:
“Ia bukan ubat, bahkan sebenarnya adalah punca kepada segala penyakit” (riwayat Muslim).
Firman Allah Ta’ala yang bermaksud:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bahawa sesungguhnya arak dan judi dan pemujaan berhala dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah, adalah (semuanya) kotor (keji) dari perbuatan Syaitan. Oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya. ” (Surah Al-Maaidah: Ayat 90)
Allah SWT Melaknat Sepuluh Golongan Yang Terlibat Dengan Arak
” Diriwayatkan daripada Anas r.a bahawa rasulallah s.a.w telah melaknat sepuluh golongan yang terlibat dengan arak:
1. orang yang memerah arak
2. orang yang diminta arak diperah untuknya
3. orang yang meminumnya
4. orang yang membawanya
5. orang yang meminta dibawa arak kepadanya
6. orang yang memberi minum arak kepada orang lain
7. orang yang menjual arak
8. orang yang mendapat hasil daripada arak
9. orang yang membeli arak
10. orang yang meminta dibelikan arak untuknya “
(Hadith Riwayat Ibnu Majah dan Tarmizi)
Huraian Hadith
i) Arak yang juga disebut “khamar” dalam bahasa Arab bermaksud minuman yang memabukkan. Ia menjadi minuman kemegahan bagi orang-orang fasik, kafir dan munafik. Di dalam Islam hukum meminumnya adalah haram.
ii) Rasulullah s.a.w pernah bersabda bahawa arak itu adalah ibu segala kejahatan. Ini terbukti di mana hasil kajian mendapati bahawa arak sebenarnya boleh merosakkan fizikal dan mental manusia di mana dari segi ilmu perubatan arak itu boleh memberi kemudharatan pada tubuh badan manusia seperti menyebabkan penyakit lemah jantung, barah mulut, tengkuk, kerongkong, penyakit saraf dan penyakit hati.
iii) Manakala dari aspek mental pula al-Quran sendiri ada menyebut bahawa arak itu akan mendedahkan gejala yang tidak baik kepada individu, masyarakat dan negara di mana seseorang yang meminum arak pasti akan mengalami gangguan minda, hilang pertimbangan dan kesedaran diri menyebabkan ia akan melakukan sesuatu perkara buruk yang tidak pernah dilakukan ketika dia berkeadaan waras. Inilah puncanya berlaku permusuhan dan kebencian serta terjadinya penyakit sosial seperti gejala seks bebas, pembunuhan dan kemalangan jalanraya.
iv) Sesungguhnya tujuan utama Islam mengharamkan pengambilan arak adalah untuk menjaga keperibadian manusia daripada perkara-perkara yang merosakkan selain daripada kesan arak itu sendiri yang boleh melalaikan diri daripada mengingati Allah. Bahkan para fuqaha mengatakan bahawa jenayah arak ini sebenarnya samalah seperti kesalahan mencuri dan berzina di mana hukuman yang bersabit dengan arak ini adalah sebat antara 40 hingga 80 kali.
v) Larangan arak selain daripada yang disebutkan di dalam hadis di atas juga berlaku pada larangan menghadiri majlis di mana arak disediakan untuk para tetamu. Oleh itu menjadi tanggungjawab setiap Muslim untuk menjauhi arak daripada kehidupan mereka dan bersama membenteras gejala tidak sihat ini daripada terus menular di dalam masyarakat
Arak Merosakkan Akal Manusia
Rasulullah s.a.w bersabda lagi,yang bermaksud: ”Arak ialah setiap yang merosakkan akal fikiran.”
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Huraian Hadith
1. Ijmak ulama’ telah menetapkan bahawa meminum arak adalah haram sama ada dengan kuantiti yang sedikit atau pun banyak.
2. Islam juga mengharamkan daripada menjual, membeli, ataupun memperniagakan arak meskipun dengan orang yang bukan Islam. Hal ini tidak terkecuali dengan mengangkut atau membawa serta membuat arak. Hukumnya juga haram.
3. Demikian juga Islam mengharamkan seseorang Muslim menjual anggur kepada orang yang mahu memprosesnya menjadi arak.
4. Majlis-majlis yang berunsur arak juga hendaklah diboikot dan kita dilarang mendampingi peminum arak.
5. Menggunakan arak semata-mata sebagai ubat juga adalah haram dan berdosa. Lain halnya dengan campuran ubat dengan kadar tertentu dari alkohol- contohnya kerana darurat-seperti untuk memelihara sesuatu supaya tidak rosak. Tetapi ia hendaklah memenuhi syarat-syarat berikut:
i) Terdapat bahaya yang sebenar ke atas kesihatan manusia jika tidak meminum ubat tersebut.
ii) Tiada ubat lain yang halal untuk menggantikannya.
iii) Ia hendaklah dengan nasihat seorang doktor Muslim yang dipercayai dalam profesionnya dan juga dari segi agamanya. Hal ini kerana prinsip Islam itu berdiri di atas dasar kemudahan, menghindarkan bahaya dan melaksnakan maslahah berdasarkan firman Allah S.W.T yang bermaksud:
” Sesiapa yang terpaksa (memakannya) tanpa mengingininya dan tanpa mengulanginya maka tiada dosa atasnya.” (al-Baqarah: 173)
Azab Bagi Golongan Yang Terlibat Dengan Arak
Diantara hadith-hadith mengenai azab peminum arak:
Didalam Hadith Nabi S.A.W mengambarkan tentang ancaman bagi peminum arak, sepertimana yang diriwayatkan oleh Jabir r.a dalam sebuah hadith yang bermaksud:
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala memiliki janji untuk orang-orang yang meminum minuman keras (yang memabukkan), akan memberinya minum dari Thinatul khabal” mereka bertanya : “ wahai Rasulullah, apakah Thinatil khabal itu ? beliau menjawab : keringat ahli neraka atau cairan kotor (yang keluar dari tubuh) penghuni neraka”.
(HR Muslim)
Ibnu Abbas meriwayatkan,Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa meninggal (Mati) sebagai peminum arak, maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan seperti penyembah berhala” (HR Ath Thabrani, 12/45, Shahihul Jami’ : 6525)
Rasulullah SAW bersabda;
“Barang siapa mati dalam keadaan tidak berhenti minum arak, niscaya Allah Ta’ala akan memberinya minum air sungai Ghuthah.Yaitu sungai di neraka yang bersumber dari kemaluan para pelacur.”
(HR.Imam Ahmad)
Wallahu’alam….
Oleh:  HasnulHadiAhmad.Com

Persoalan makanan halal, haram tidak boleh diambil mudah

Posted on the April 20th, 2012 under Agama by admin
HALAL membawa maksud luas mengenai tatacara hidup orang Islam yang menitikberatkan aspek halalan thoyyiba iaitu kesucian, amalan kebersihan dan kehidupan sihat. Dari sudut pandangan Islam, makanan yang baik lagi halal mampu membentuk ketrampilan peribadi seseorang yang akhirnya menyumbang kepada pembentukan ummah.
Sebagai umat Islam kita wajib memastikan sumber makanan dan minuman adalah halal dan memenuhi panduan pemakanan syariat Islam.
Firman Allah SWT yang bermaksud: “Wahai sekalian manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi, yang halal lagi baik, dan janganlah kamu ikut jejak langkah syaitan; kerana sesungguhnya syaitan itu ialah musuh yang terang nyata bagi kamu.” (Surah al-Baqarah, ayat 168)

Ibn kathir dalam kitabnya Tafsir Ibn Kathir menyatakan, perkataan toyyiba itu membawa maksud baik, bermanfaat serta elok dari segi tabiat dan syarak. Thoyyiba merangkumi dua perkara iaitu soal fizikal dan kerohanian.
Ia mestilah selari dengan syariat, tidak bercanggah dan disertai keikhlasan kepada Allah SWT. Makanan halal di sisi syarak adalah makanan bersih zatnya, suci kaedah perolehannya serta bebas dari sebarang kemudaratan, sebaliknya makanan haram sekalipun lazat tetap keji di sisi Allah SWT.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman, makanlah barang yang bersih daripada apa yang kami kurniakan kepada kamu.” (Hadis riwayat Muslim)
Oleh itu, seorang Islam sama ada pengusaha makanan halal dan individu hendaklah mengambil kira setiap perkara dari segi modal perniagaan, pelaburan, hasil pendapatan serta hendaklah dijauhi unsur haram seperti judi, riba atau rasuah.
Ajaran Islam amat menitikberatkan persoalan makanan halal dan bersih kerana makanan haram yang dimasukkan ke dalam tubuh seseorang akan membawa kepada kesan mendalam terhadap tingkah laku, budi pekerti, kejernihan hati serta penerimaan doa kepada Allah SWT.
Panduan pemakanan dalam Islam adalah berlandaskan konsep memberi kemudahan, menjaga nyawa, menjamin kesihatan tubuh badan dan akal. Kerana itu setiap makanan yang memberi manfaat kepada tubuh badan dan akal fikiran dibenarkan oleh syarak.
Firman Allah yang bermaksud: “Oleh itu, makanlah dari apa yang dikurniakan Allah kepadamu dari yang halal lagi baik, dan bersyukurlah akan nikmat Allah, jika benar kamu menyembah-Nya. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan kepada kamu memakan bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih tidak kerana Allah maka sesiapa terpaksa sedang ia tidak dianiaya dan tidak melampaui batas; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. Manakala yang haram dan memudaratkan fikiran serta badan diharamkan dan ditegah.” (Surah al-Nahl ayat 114-115)
Syed Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menyatakan, sama ada ilmu manusia dapat mengetahui hikmah pengharaman sesuatu perkara atau tidak, namun yang pasti, Allah Maha Mengetahui dan amat mengatasi keupayaan kita untuk mengetahui sesuatu perkara. Allah tidak mengharamkan sesuatu, kecuali pasti perkara itu mempunyai bahaya dan kemudaratannya.
Ulama terkenal, Abdullah Sahl al-Tusturi berkata, sesiapa yang makan makanan haram, maka akan bermaksiatlah anggota tubuhnya sama ada atas kehendaknya atau tidak, sama ada dia tahu atau tidak dan sesiapa makan makanan yang halal, maka seluruh anggota tubuhnya akan tunduk taat dan mudah melaksanakan kebajikan. Berdasarkan kepada pandangan ini menunjukkan pemakanan halal mempunyai kedudukan penting dalam kehidupan di dunia ini dan berkait rapat dengan balasan hari akhirat.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Mana-mana hamba, dagingnya itu tumbuh dari perkara yang haram dan amalan riba, api nerakalah yang patut (untuk membakar dan menghilangkan) daging itu.” (Hadis riwayat Ibn Marduiah)
Dalam mengharungi perkembangan semasa di era global dunia hari ini, banyak makanan dan minuman ditawarkan kepada kita perlu diperiksa dan diteliti sebaiknya. Perkara yang halal lagi baik hendaklah menjadi keutamaan manakala yang haram dan tidak baik semestinya dihindari.
Kita juga dituntut menjauhi barang syubhah yang mengelirukan dan tidak jelas hukumnya. Kita sepatutnya berwaspada supaya tidak mengambil atau mencubanya melainkan setelah dipastikan halal dan kebaikannya kerana makanan dan minuman syubhah boleh mengheret kepada penggunaan barangan haram secara tidak disangka-sangka.
Ada peniaga yang tidak bertanggungjawab memperdayakan pengguna seperti memalsukan logo halal atau menggunakan logo halal pada produk haram. Walaupun matlamat perniagaan untuk mencari rezeki dan mendapat keuntungan, namun soal keberkatan dan keikhlasan tidak boleh diketepikan atau dipandang remeh.
Mereka yang melakukan penipuan ini sebenarnya telah mengkhianati masyarakat Islam dan melakukan amalan syaitan yang menyesatkan. Akta Perihal Dagangan 2011 diharap dapat membantu mengatasi masalah ini dan semua pihak perlu mematuhi akta yang berkuat kuasa mulai 1 Januari 2012.
Khutbah Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)

Ideologi moden perosak akidah

Posted on the September 29th, 2011 under Agama by admin

AJARAN Islam membawa sinar melenyapkan penyelewengan fahaman bangsa Arab di zaman jahiliah. Namun, jika diperhatikan masa ini sinar Islam seakan tenggelam apabila akidah umat Islam lemah.
Ramai dalam kalangan umat Islam yang mengaku sebagai orang Islam, namun realiti kehidupan mereka langsung tidak mencerminkan keperibadian seorang Islam.

Benarlah seperti digambarkan Rasulullah SAW ketika ditanya sahabat mengenai keadaan umat Islam pada akhir zaman seperti makanan dikerumuni pelahap.
Sahabat bertanya: “Bagaimanakah keadaan umat Islam pada waktu itu? Baginda menjawab: Umat Islam ramai tetapi ibarat buih yang berada di lautan. Rapuhnya akidah mereka terhadap Allah SWT.”
Persoalan besar timbul kenapa ini berlaku kepada umat Islam? Berdasarkan pemerhatian, antara penyebabnya ialah sifat umat Islam sendiri yang terlalu cintakan dunia, takutkan kematian serta kelemahan iman mereka dan kemiskinan kehidupan.
Kesan kemiskinan ini boleh membawa kualiti hidup yang lemah, mudah terjebak dalam kegiatan sosial dan membawa kekufuran. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Hampir saja kemiskinan itu membawa kepada kekufuran.” (Hadis riwayat Abu Naim)
Asas akidah ialah beriman kepada Allah SWT iaitu kepercayaan kepada keesaan-Nya dan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. Islam amat mengambil berat dan menyeru kepada mentauhidkan Allah SWT secara ilmu dan amal serta menjelaskan perkara membawa kepada syirik sama ada secara i’tiqad atau tingkah laku.
Islam agama diiktiraf di sisi Allah SWT, menjamin umat Islam kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Firman Allah SWT yang bermaksud: “Sesungguhnya agama (yang benar dan diredai) di sisi Allah ialah Islam. Dan orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Kitab itu tidak berselisih kecuali setelah sampai kepada mereka pengetahuan kerana hasad dengki di kalangan mereka. Dan (ingatlah), sesiapa yang kufur ingkar akan ayat Allah, maka sesungguhnya Allah amat segera hitungan hisab-Nya.” (Surah Ali-Imran, ayat 19)
Firman-Nya lagi yang bermaksud: “Dan sesiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima daripadanya, dan ia pada hari Akhirat kelak dari orang yang rugi.” (Surah Ali-Imran, ayat 85)
Dalam kemajuan dan globalisasi, umat Islam terdedah cabaran yang menguji kekuatan akidah. Pelbagai fahaman, ideologi moden seperti kapitalisme, materialisme, humanisme dan unsur negatif mempengaruhi umat Islam dengan mudah.
Kita juga dikejutkan dengan fahaman liberalisme, pluralisme serta komunisme yang diperkatakan semula hari ini. Kita juga digemparkan dengan isu murtad dan cubaan memurtadkan umat Islam. Kita dihimpit budaya songsang black metal, punk, gejala gay, seks bebas serta sukan judi.
Kepincangan hidup berkeluarga juga menyelubungi umat Islam, ada anak yang sanggup menghina kibu bapa bahkan lebih malang lagi menderhaka kepada mereka.
Gejala ini disebabkan lemah keimanan anggota keluarga terutama ibu bapa sebagai ketua keluarga sedangkan ibu bapalah yang paling utama mendidik anak menghayati ajaran dan akidah Islam.
Kelemahan akidah turut mendedahkan mereka kepada amalan khurafat seperti bertenung nasib, sihir dan ilmu guna-guna. Semua gejala keruntuhan akidah sebenarnya menjatuhkan kemuliaan dan darjat manusia. Akibat lebih buruk ialah azab seksa yang pedih di akhirat menanti golongan ingkar.
Sebagai umat Islam kita perlu sedar dan bangkit mempertahankan akidah Islam kerana ia adalah asas kekuatan menghadapi musuh yang mahu menghancurkan Islam dan umatnya. Umat Islam memerlukan penghayatan Islam secara menyeluruh melalui pelaksanaan ibadat umum dan khusus.
Di samping itu, umat Islam perlu membina kekuatan dari sudut ilmu dan teknologi supaya maklumat yang diperoleh adalah benar dan tepat. Ibu bapa hendaklah berperanan mendidik anak ajaran Islam yang sebenar supaya menjadi generasi yang diredai oleh Allah SWT dan menjauhi seksa neraka.
Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang bahan bakarannya manusia dan batu; Penjaganya malaikat yang keras kasar; tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan.” (Surah al-Tahrim, ayat 6)

Puasa, baca al-Quran peroleh syafaat Allah

Posted on the August 14th, 2011 under Agama by admin

DI SEBALIK Ramadan yang bertandang saban tahun dengan seribu janji pengampunan buat insan yang mengambil manfaat, ada lagi yang istimewa dan bersejarah iaitu kitab suci Al-Quran. Turunnya kalam Allah ini mengubah hidup manusia dari kufur kepada cahaya, dan menjadi pegangan umat Islam hingga hari ini.
Allah berfirman yang bermaksud: “Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah, dan sebuah kitab al-Quran yang jelas nyata keterangannya, dengan al-Quran itu Allah menunjukkan jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredaan-Nya, dan dengannya Tuhan keluarkan mereka dari gelap gelita (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang benderang dengan izin-Nya dan dengannya juga Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.” (Surah Al-Ma’idah, ayat 15-16).

Al-Quran sarat dengan panduan dan pengajaran untuk setiap insan yang inginkan pedoman dalam hidup. Akidah dan syariah mengajar manusia cara melandasi dunia dengan sebaik-baiknya sebelum tiba di akhirat yang kekal abadi.
Kisah mengenai azab dan nikmat juga tidak ketinggalan memberi peringatan buat kita yang ingin berfikir, bahawa dunia adalah fana dan tidak menguntungkan apa-apa melainkan nikmat yang sementara.
Namun, dunia jugalah yang menjayakan kehidupan di akhirat kelak jika kita mampu melaluinya dengan perintah dan suruhan al-Quran. Sebab itulah membaca al-Quran menjadi rutin bibir yang melazimi sunnah Rasulullah SAW, supaya mendapat syafaat di akhirat kelak.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang mafhumnya: “Dari Abu Amamah Al-Bahali berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Bacalah oleh kamu al-Quran kerana sesungguhnya al-Quran itu akan datang pada hari kiamat memberi syafaat (perto-longan) kepada pembacanya.”
Sebab itulah Rasulullah bersungguh-sungguh mengerjakan amal ibadat pada 10 terakhir Ramadan, apa yang Baginda tidak kerjakan pada 10 hari terakhir bulan lain. Ini juga kerana lailatul qadar, iaitu malam turunnya al-Quran yang akan muncul antara hari-hari itu.
Setiap mukmin perlu mengambil kesempatan Ramadan mengakrabkan diri dengan al-Quran. Tidak cukup dengan membaca, al-Quran perlu difahami dan dihayati supaya pengamalan dilakukan selaras pesanan Allah SWT kerana al-Quran jugalah yang akan memberi syafaat kepada kita di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Dari Abdullah bin Amru, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Bahawa puasa dan al-Quran itu meminta syafaat kepada Allah SWT untuk seseorang hambanya pada hari kiamat. Berkata puasa: Ya Allah, aku telah menahan daripada makan dan minum pada siang hari, maka jadikanlah aku syafaat kepadanya. Dan berkata al-Quran: Ya Allah, aku telah menahannya daripada tidur (kerana membaca al-Quran) pada malam hari, maka jadikanlah aku syafaat kepadanya, maka Allah memberi syafaat kepadanya dengan sebab permohonan keduanya.” (Hadis riwayat Imam Ahmad).
Ramai kalangan kita yang tidak cuba mengambil kesempatan di sebalik keistimewaan ini kerana tidak tahu betapa besarnya pertolongan al-Quran kepada setiap manusia yang beriman.
Inilah segelintir manusia yang malang di dunia dan akhirat, kerana mengejar keuntungan akhirat yang tidak mampu dilabur di mana-mana melainkan dalam Ramadan singkat ini.
Sedangkan Allah SWT telah meyakinkan kita bahawa hanya al-Quran satu-satunya kitab yang mengutuskan nasihat dari-Nya, yang memberi panduan supaya kita tidak tersesat seperti sebelum datangnya nur di sebalik Ramadan.
Firman Allah yang bermaksud: “Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu al-Quran yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan yang menjadi penawar bagi penyakit batin yang ada dalam dada kamu dan juga menjadi hadiah petunjuk untuk keselamatan serta membawa rahmat bagi orang yang beriman.” (Surah Yunus, ayat 57).
Al-Quran menjadi penawar kepada penyakit jiwa, ia mengubat sengketa sesama kita, mengamalkan al-Quran bukan dengan akidah atau syariahnya semata, tetapi menghayati semua perintah-Nya supaya seluruh umat Islam kembali bersilaturahim sehingga ke syurga.

Pintu Syurga Ar-Rayyan hanya untuk yang berpuasa

Posted on the August 8th, 2011 under Agama by admin

ALLAH tidak mensyariatkan puasa dengan tujuan yang sia-sia. Hasil kajian sains moden menunjukkan puasa memberi banyak faedah kepada kesihatan. Salah seorang daripada sarjana moden yang membuat kajian tentang puasa ialah, Allan Cott. Beliau telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan berbagai negara, lalu memuatkannya dalam sebuah buku Why Fast iaitu pelbagai hikmah puasa.
Puasa adalah amalan sejagat. Bukan umat Nabi Muhammad SAW sahaja disyariatkan berpuasa. Bahkan umat-umat Nabi terdahulu juga berpuasa tetapi dengan tata cara yang berbeza.

Begitu juga dengan haiwan dan tumbuh-tumbuhan, adakalanya mereka menahan diri daripada makan dan minum apabila berhadapan dengan situasi-situasi tertentu.
Pun begitu ia tidak bermakna darjat dan status puasa orang Islam setaraf dengan puasa-puasa yang lain. Puasa yang benar menurut perintah Allah dan aturan Nabi memiliki banyak keutamaan dan kelebihan:
DALAM sebuah hadis Nabi menjelaskan lima kelebihan bulan Ramadan yang tidak diberikan kepada umat terdahulu.
“Dikurniakan kepada umatku pada bulan Ramadan lima kelebihan yang tidak dikurniakan mana-mana umat sebelum mereka iaitubau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi, malaikat berdoa diampunkan mereka sehingga berbuka, Allah hiasi syurganya setiap hari, kemudian berfirman hampir-hampirlah hamba-Ku yang soleh yang merasai kesukaran tetapi terus menuju kepadamu, diikat padanya syaitan dan diampun bagi mereka pada akhir malam (Hadis Imam Ahmad dan Muhammad bin Nasar al- Baihaqi daripada sahabat Abu Hurairah).
SEBAGAI dorongan dan motivasi orang-orang yang menjaga puasanya Nabi berkata: “Sesungguhnya dalam syurga terdapat satu pintu yang dikenali dengan ar-Rayyan di mana yang berhak memasukinya hanya orang yang berpuasa. Apabila selesai masuk nescaya ditutupnya. (Hadis Imam Bukhari, Muslim dan Ahmad daripada sahabat Sahal bin Sa’d).”
ALLAH juga menjanjikan pahala yang sangat banyak bahkan tanpa batas kepada orang-orang yang ikhlas dan menjaga kualiti puasa mereka. Sahabat Abu Hurairah melaporkan bahawa Nabi bersabda bahawa Allah berfirman: Setiap amalan anak Adam adalah baginya (pahala menurut kadar yang ditentukan) kecuali puasa, sesungguhnya ia bagi-Ku dan Aku yang mengganjarinya secara khusus…”
Dalam hadis Qudsi yang lain pula Allah berfirman: Sesungguhnya puasa bagiku dan Aku yang membalasnya dan sesungguhnya bagi orang berpuasa akan mendapat dua kegembiraan apabila ia berbuka nescaya bergembira dan apabila bertemu Allah nescaya ia gembira. Demi jiwa Muhammad ditangan-Nya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi. (Hadis Imam Ahmad, Muslim dan an-Nasai daripada sahabat Abi Hurairah dan Abi Sa’id).
Hadis ini juga memberi isyarat bahawa puasa juga berfungsi sebagai terapi jiwa. Allah menjanjikan rasa gembira sebanyak dua kali kepada orang-orang yang berpuasa. Kali pertama ialah ketika berbuka puasa dan kali kedua ialah ketika bertemu dengan Allah.
ANTARA keutamaan puasa yang besar dan bermakna ialah, ia adalah merupakan penyebab kepada keampunan daripada dosa dan kemaksiatan yang dilakukan. Ini seperti yang disampaikan oleh sahabat Abu Hurairah r.a dari Nabi yang bermaksud: Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka diampunkan dosanya yang telah lalu. (riwayat Imam Bukhari dan Muslim).
Dalam teks yang lain pula Nabi menyebut yang bermaksud: Solat lima waktu, solat Jumaat hingga solat Jumaat berikutnya dan Ramadan (puasa) hingga Ramadan berikutnya adalah merupakan penebus dosa di antara selagi mana dosa-dosa besar dijauhi. (riwayat Imam Muslim).
PUASA adalah perisai buat membenteng diri daripada melakukan dosa dan menjauhi api neraka. Nabi pernah berkata: “Puasa merupakan perisai daripada neraka seperti perisai seseorang daripada kamu pada masa peperangan selama mana ia tidak mengoyaknya dengan berdusta atau mengumpat”. (Hadis Imam Ahmad dan an-Nasai daripada sahabat Usman bin Abi al-As)
Mendokong makna yang hampir senada dalam hadis yang lain Nabi menyebutkan, “Sesiapa yang berpuasa sehari di jalah Allah, nescaya Allah akan jauhkan neraka Jahannam sejauh perjalanan 100 tahun.” (Hadis Imam Nasa’i ).
Pernah suatu ketika seorang pemuda yang mahu menikah datang bertemu dengan Nabi. Oleh kerana kekurangan upaya nafkah untuk menikah, maka Nabi menyuruh lelaki ini berpuasa buat mengekang nafsunya.

Pedoman: Hati mati tanpa al-Quran, sunah

Posted on the October 23rd, 2011 under Agama by admin

AL-QURAN dan sunah Rasulullah SAW adalah panduan yang perlu digunakan umat Islam dalam memandu kehidupan di dunia dan di akhirat.
Kedua-duanya adalah harta paling berharga bagi umat Islam kerana al-Quran merujuk kepada perintah secara langsung daripada Allah SWT kepada manusia yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW.

Sunah Rasulullah SAW pula merujuk kepada penjelasan Baginda mengenai sesuatu perkara secara lebih jelas. Kebanyakan sunah yang ada pada masa ini berpandukan kepada penjelasan baginda terhadap soalan yang ditanyakan sahabat pada zaman itu.
Adalah jelas bahawa kedua-duanya sangat penting kepada umat Islam sebagaimana sabda Baginda sendiri yang bermaksud: “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara. Sekiranya kamu berpegang pada kedua-duanya, kamu tidak akan sesat selama-lamanya iaitu kitab Allah (al-Quran) dan sunahku.” (Riwayat Imam Malik) Jadi, tidak hairanlah al-Quran dan sunah ini ibarat udara serta air yang sememangnya diperlukan oleh manusia. Jika air dan udara diperlukan manusia untuk hidup di dunia, al-Quran dan sunah pula diperlukan manusia untuk menghidupkan hati agar penuh dengan keimanan.
Tanpa panduan dan pegangan daripada al-Quran dan sunah, maka matilah hati seseorang itu dan hiduplah dia dalam kekufuran serta dalam kegelapan baik di dunia mahupun di akhirat kelak.
Namun, dalam kita berpegang pada al-Quran dan sunah ini, hendaklah kita berhati-hati kerana pada masa ini, wujud banyak cetakan atau petikan daripada ayat al-Quran yang disalah cetak serta dipalsukan.
Sebagai umat Islam, kita perlu peka bahawa tidak semua ayat yang ditulis dalam kaligrafi bertulisan jawi itu adalah ayat al-Quran, walaupun lazimnya ia kelihatan cantik untuk dipandang dan sebagai perhiasan di dalam rumah.
Janganlah kita butakan hati, akal dan fikiran dengan menganggap semua kaligrafi jawi itu adalah petikan ayat al-Quran dan janganlah pula sewenang-wenangnya membeli atau mempamerkan ayat berkenaan tanpa memeriksa kebenaran ayat berkenaan.
Ini kerana, jika ada satu baris yang diletakkan secara salah dalam ayat berkenaan, ia akan membawa maksud berbeza sekali gus akan mencemarkan kesucian kalam Allah.
Periksa dan telitilah ayat berkenaan dengan sebaik-baiknya. Jika kita tidak mengetahui atau fasih mengenainya, adalah lebih baik supaya tidak membeli atau mempamerkannya sebelum merujuk kesahihan ayat berkenaan kepada mereka yang pakar sebagaimana terkandung dalam al-Quran.
Janganlah kerana ingin menunjuk bahawa kita Islam, kita butakan hati dengan membeli perhiasan yang diperindahkan dengan kaligrafi sedangkan kita sendiri tidak fasih untuk membaca serta memahaminya.
Begitu juga halnya hadis yang dikatakan berdasarkan sunah Rasulullah SAW. Pada masa ini, wujud hadis yang dipalsukan serta diadakan- adakan oleh pihak tertentu.
Walaupun secara pandangan mata kasarnya hadis itu mungkin nampak elok serta baik, kesan hadis palsu ini sebenarnya akan mengelirukan umat Islam dalam menentukan kedudukan perkara paling telus dan benar.
Janganlah sewenang-wenangnya mencedok hadis serta petikan ayat al-Quran ini jika kita kurang ilmu mengenainya. Cara yang terbaik adalah dengan mempelajarinya daripada seorang guru yang dipastikan layak dan bukan berdasarkan pembacaan daripada buku atau carian di Internet semata-mata.
Ini kerana, adat untuk belajar hendaklah dengan berguru. Rasulullah SAW sendiri diajar oleh Malaikat Jibril untuk membaca menerusi wahyu pertama iaitu surah al-Alaq, ayat 1-5 yang bermaksud: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia daripada segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak tahu.” Selepas itu juga Jibril kerap kali datang membawa wahyu Allah, selain ada antara wahyu itu diterima sendiri Baginda secara langsung daripada Allah SWT selain pengalaman waktu Israk Mikraj.
Jadi, sebagai manusia yang lemah, janganlah kita mengambil sesuatu perkara itu tanpa pengesahan daripada mereka yang benar-benar layak untuk mengajar atau sekadar melalui pembacaan.
Ini kerana tanpa penunjuk yang betul, seseorang itu boleh diibaratkan sebagai mereka yang sesat dalam cahaya tanpa mengetahui di manakah sumber cahaya itu yang sebenarnya.
Harian Metro

No comments:

Post a Comment